Jumat, 13 Januari 2012

tugas kuliah bikin scenario



The scenario:

Scene 1 (opening/ session id)

Suasana gelap, hanya ada lampu jalan yang berkedap-kedip dan suara binatang malam yang memecah kesunyian. Neira, dengan rasa cemas menghindari sebuah bahaya yang sedang mengejarnya.  Wajah cantiknya tak begitu nyata bagi pandangan, sekelabat cahaya sesekali memperlihatkan kaki sang gadis yang  dengan sekuat tenaga berlari hingga nafasnya terpenggal-penggal dan bersautan dengan kesunyian.

Sejenak berhenti dan menyeka rambut panjangnya yang berantakan. Mengatur nafas kembali sambil memegangi kamera yang disandangnya dengan tangan gemetar.

Matanya yang penuh kehawatiran dengan sigap melihat kearah belakang, tanpa ada detik yang terlewat ia kembali berlari menerobos gelapnya udara malam. Melompati sebuah selokan ia terus berlari, menuju tanah berumput yang di kelilingi pohon-pohon besar. Meneruskan langkah sampai pada jalan berkerikil yang membuat langkahnya sedikit melambat.

Dari kejauhan, dibelakang Neira yang terus berlari dalam kegelapan tampak sosok perempuan yang rupanya tak dikenali karena cahaya yang sangat minim ditempat itu. Perempuan itu dengan sebuah senjata api ditangannya.

Tak lama setelah Neira semakin jauh, sosok perempuan itu berjalan perlahan kedalam kegelapan lalu menghilang.

Terus berlari kencang dan sesekali menoleh kebelakang membuat ia tak sadar langkahnya tak lagi terarah. Terdengar geming yang menggema dari bawah sebuah tiang listrik. Sesuatu telah menabrak benda keras itu dengan sangat kencang. Neira terbaring tak sadarkan diri, wajah putihnya bercahaya diterangi lampu jalan yang menyilaukan, rambut nya yang bergelombang juga mencakar wajahnya.

▪▪▪

Scene 2

Suasana kelas hening, sedang diadakan UTS untuk kelas bu Chelsy. Dosen perempuan yang perhatian sekali dengan mahasiswa-mahasiswanya. Sambil mengawasi bu Chelsy melangkah pelan ke arah belakang dari tengah lorong bangku-bangku diruangan itu.

Dari pintu depan terdengan suara ketukan. Sontak semua mata menuju pintu, bu Chelsy berbalik arah. Neira didepan pintu.

Neira: maaf buk saya terlambat…

Bu Chelsy menatap neira dan mengangguk sambil tersenyum. Neira berjalan melewati bu chelsy sambil tersenyum segan. Kening neira yang memar diantara sela-sela rambutnya yang bergelombang menarik sedikit perhatian bu Chelsy yang kemudian berjalan menuju mejanya di depan kelas.

Neira duduk dibangku paling belakang tepat disebelah Nicko dan Ariel.

Ariel: kenapa jidat kamu?
Neira: ia, ntar aku certain, liat soalnya donk

Nicko yang berada ditengah tengah mereka ikut memperhatikan walaupun  tidak berkomentar dan menyodorkan kertasnya pada Neira.

ujian selesai, Neira, Nicko dan  Ariel duduk didepan kelas. Neira menceritakan kejadian yang ia alamai tadi malam.

Ariel: ya ampun ra… nyawa kamu tu bisa terancam. Kamu bilang kita donk kalau ada apa-apa…
Neira: ia ril… tapi aku juga gak tau kejadiannya bakal jadi serumit ini.
Ariel: kita benar-benar gak tau kejadian apa lagi sesudah ini, dan….
Nicko: halllah… udaah berapa kali aku ingatkan, kamu pikir bakal dengan mudah buat           nyelesein kalo udah kayak gini.
Ariel: kamu kenapa nick? situasinya udah gak tepat buat pasang argument.
Nicko: emang, tapi ra, ini bukan pertama kalinya ada masalah sejak kamu pacaran sama dia.
Ariel: udahlah nick, udah kejadian juga. Sekarang itu tinggal gimana kita nyelesein semuanya. 
Neira: aku tau sejak awal ini salah, dan aku gak ada maksud sedikitpun buat ngelibatin kalian dalam masalah aku.

▪▪▪

Scene 3

Malam hari, dikamar kosnya, Neira duduk dipinggir ranjang sambil termenung memikirkan apa yang harus ia lakukan. Raut gelisah mencoret-coret mukanya. Sesekali ia menghela nafas panjang. Tiba-tiba handphone nya berdering dan mengagetkannya. Sebuah pesan singkat masuk dan buru-buru ia baca. Sejenak membaca sms itu, Neira memejamkan mata dan memegangi keningnya dan melatakkan handphonenya. Kemudian ia bergegas  tersadar dan buru-buru menelpon  Ariel untuk mengajaknya bertemu malam itu. Sambil lalu bersiap-siap dan merapikan rambut di depan cermin, ia mengatur renacana untuk bertemu saat itu juga.

Tak lama mereka juga bertemu disebuah tempat makan yang mereka sepakati. Ariel telah tiba terlebih dahulu dan duduk. Neira yang kemudian tiba langsung menghapiri dan duduk didepan Ariel.
Neira: sory ya lama…
Ariel: gak kok aku juga baru… apa katanya ra?

Neira membuka hpnya dan memprlihatkan sms itu kepada Ariel.

Neira: sumpah, aku kacau banget ril… yang bikin aku gak habis pikir, dia udah nganggap ini semua selesai gitu aja.

Ariel: kenapa segampang itu buat dia? kamu yakin Cuma karena pacarnya udah balik, atau ada alasan lain. Padahal selama ini dia seolah-olah bakal ninggaalin pacarnya itu buat kamu.
Neira: kayak yang aku certain waktu itu, belakangan dia cepat naik darah kalo ngadepin aku. Padahal semuanya seperti biasa, gak ada yang berubah.
Ariel: aku gak yakin Cuma karena itu!

Ariel menatap mata Neira sambil tersenyum dengan maksud membongkar sesuatu. Neira lantas tertunduk sejenak dan memulai kembali pembicaraan.

Neira: ok… aku udah nyembunyiin sesuatu dari kalian. Dia minta aku untuk melakukannya, tapi aku gak mau.
Ariel: apa! ML?
Neira: ya… aku belum siap kalau harus nanggung resikonya. Aku masih mikir ril…
Ariel: yang kamu lakuin udah bener kok ra, dan aku juga tau kamu pasti gak bisa dengan gampang buat ngelupain dia walaupun situasinya kayak gini.
Neira: sory ya ril… aku nutupin ini semua, aku malu sama kalian.
Ariel: ia ra… aku ngerti, aku tau persis gimana bingungnya kamu sekarang.
Neira: thanks ya ril… terus aku juga bingung dengan sikap nicko akir-akir ini.
Ariel: udah… kamu gak usah mikirin itu dulu, kamu focus aja dengan urusan kamu dengan devon. Ntar aku coba ngomong ama nicko. Terus gimana besok? Perlu aku temanin?   
 Neira: gak usah ril, aku sendiri aja. Aku bakal ngomong sejelas-jelasnya,sejujur-jujurnya ke dia apa yang aku rasain sekarang dan kenapa aku mempertahankan semuanya.
Ariel: ok.. apapun yang terjadi kamu jangan panik dan jangan sampe ngelakuin hal bodoh. Kalo ada apa-apa kamu telpon aku aja ya.
Neira: ya… makasih banget yaa ril… aku harus bisa yakinin dia besok.

Ariel tersenyum terhadap neira dan menatapnya dengan memberi keyakinan.

▪▪▪


Scene 4

Bingung akan apa yang harus ia katakan dan lakukan bergelayut difikiran Neira. Sore hari yang mendung seolah menjadi lukisan yang tepat akan isi hatinya kala itu. Sesuai dengan janji nya pada devon, ia menunggunya disebuah jembatan yang pernah menjadi tempat favorit mereka saat bersama. Neira sengaja memilih tempat itu karena banyak sekali kenangan mereka disana. Neira tiba disana terlabih daulu, ia menunggu tepat ditengan jembatan yang menyerupai bentuk kupu-kupu itu. Angin sesekali menyela rambutnya. Ia hanya memandang kearah bendungan kecil yang ada tepat dibawah jembatan itu. Tak lama terdengarlah suara mobil devon dari pinggir jalan. Neira membalikan badannya kearah jalan. Devon keluar dari dalam mobil dan langsung menuju neira diatas jembatan.

Devon: sebenarnya gak ada yang harus kita omongin lagi!

Neira sejenak memejamkan mata

Neira: aku tau, tapi aku Cuma mau semuanya kalaupun harus berakhir, harus benar-benar clear.
Devon: ok… apa mau kamu?
Neira: sebelumnya aku Cuma mau kamu tau kalau ini benar-benar berat buat aku. Kamu tau aku masih sayang sama kamu sampai saat ini.
Devon: lantas, kenapa kamu selalu gak percaya dan mempersulit semuanya.
Neira: apa lagi yang gak aku percaya dan apa yang aku persulit? Kalau maksud kamu soal permintaan kamu waktu itu, aku benar-benar gak akan ngelakuinnya. Karna aku yakin bukan itu cara buat ngebuktiin cinta aku ke kamu.
Devon: terserah… yang jelas aku ngerasa kita udah benar-benar gak cocok. Aku maau hidup aku yang dulu.
Neira: memangnya apa yang udah aku rebut dari hidup kamu yang dulu? Aku Cuma mau ngelakuin yang terbaik buat kamu, buat kita.
Devon: sekali lagi terserah kamu. Aku gak akan berubah pikiran.
Neira: mungkin aku udah gak tau malu banget ngemis-ngemis cinta kayak gini ke kamu. Aku Cuma coba jujur dengan perasaan aku dan aku mau kamu tau itu. Aku sadar aku Cuma selingkuhan buat kamu, tapi aku udah benar-benar terjerat dalam cinta aku ke kamu.
Devon: aku gak tau lagi apa yang harus aku perbuat kekamu. Aku gak punya banyak waktu. Yang jelas apapun lagi yang terjadi setelah ini, udah bukan tangung jawab aku lagi. Jangan berbuat bodoh karena aku gak mau terlibat.

Devon  berbalik arah dan  meninggaalkan neira menuju mobil. Neira tak mampu berbuat apa-apa, ia hanya bisa melihat laki-laki itu pergi meninggalkannya sambil berusaha keras menahan air mata. Mobil devon pun perlahan mulai berjalan, sseorang perempuan membuka kaca mobil itu dan menatap neira dengan tatapan sinis. Neira langsung tersentak dan kemudian teeringat akan bayangan perempuan yang mengejarnya pada suatu malam.

Kemudian Neira duduk dipinggir bendungan kecil yang berada dibawah jembatan. Kedua kakinya berada didalam air. Wajahnya tak dapat menyembunyikan betapa hancur perasaannya saat itu. Sekuat tenaga ia menahan tangis.

Perlahan-lahan ia masuk dan berjalan keadalam dan menuju tengah dari bendungan itu. Tatapaannya yang kosong ditemani tanggannya yang dengan lembut menyentuh permuukaan air disana. Airmatanya perlahan menetes. Neira sedikit merunduk dan tanganga mulai dalam meraba air. Dengan spontan ia menghamburkan air ke udara dengan kedua tangannya bersamaan dengan wajahnya yang meengarah keatas juga berteriak meluapkan betapa hancurnya ia kala itu

▪▪▪

Scene 5

Kelas hari itu berakhir. Neira bersama indah berjalan menuju keluar kelas, sementara di deretan bangku paling belakang tampak nicko dan ariel sedang bersiap-siap meninggalkan bangku mereka. Diluar kelas ariel dan nicko bertanya kepada neira kemana tujuan nya saat itu.

Ariel: kemana lagi ra? Kantin yuk…
Nicko: yuk… aku lapar banget ni, tadi gak sempat sarapan.
Neira: ia… aku keperpus dulu, duluan aja ntar aku nyusul
Ariel: ok…haaaa kemana? Perpus?

Ariel dan nicko  saling menatap dengan wajah prihatin. Sementara itu indah yang berada ditengah-tengah mereka hanya melempar senyum pada kedua cowok itu. Selanjutnya mereka bersama-sama berjalan menuju perpustakaan sampai pada sebuah persimpangan nicko dan ariel  memisahkan diri.

Didepan pintu perpustakaan indah menanyakan apakah neira yakin untuk masuk kedalam. Sambil memegangi tangang neira dengan wajah panic seolah-olah mengakhawtirkan nasib temannya setelah masuk kedalam perpustakaan.

Indah: ra… apa kamu yakin buat masuk?
Neira: ia ndah… kali ini aku harus siap, gak ada jalan lain…
Indah: ok… kamu hati-hati ya.. aku gak mau kamu kenapa-napa…

Sambil menghela nafas neira perlahan memegangi gagang pintu. Indah menatap temannya itu dengan wajah cemas namun berusaha meyakinkan.

Dari dalam perpustakaan terdengarlah suara decitan engsel pintu yang panjang  memecah heningnya suasana perpustakaan. Dari balik pintu perlahan muncul sosok neira  yang penuh keraguan masuk kedalam dan menuju meja petugas perpustakaan. Perlahan neira mengangkat kepalanya untuk menatap dengan jelas sosok yang berdiri tepat dibalik meja petugas perpustakaan. Kemudian secara jelas dihadaapan neira tampak sosok yang penjaga perpustakaan itu.

Sosok itu kemudian dengan wajah karet super elastis menyapa neira. Suara cempreng nya sangat mengganggu. Dengan sangat lebay ia mengeluarkan setiap kata-kata dari mulutnya itu hingga membuat neira terengah-engah melihatnya.

Petugas: ada apaaaa… aapa kabaaaaaarrr…
Neira: emmmm saya mau cari buku komunikasi yang baru…
Petugas: oooohggghaaaaghhhh ada donk..hehehehe
Neira: dirak mana ya?
Petugas: raknya…oooogghhhrrrhhagaa… gak tau..cari aja jangan ngerepotin…

Masih belum sadar akan kenyataan orang barusan yang ia temui, neira berjalan menyusuri satu persatu rak-rak buku disana. Berhenti disebuah rak yang bertuliskan ilmu komunikasi. Ia memeriksa satu persatu buku yang adaa disana untuk mencari buku yang ia maksud. Dalam pencariannya ia mendapati beberapa buku yang bukan buku untuk mata kuliah komunikasi bahkan bukan untuk jurusan apa pun sesuai dengan tempat keberadaan perpustakaan itu berada, fisip. Sempat kaget dan kembali meyakinkan diri dengan melihat label diatas rak buku itu.

Neira: inikan perpus fisip… kok ada buku ini.. aduh.. minta bantuan siapa ya, amburadul banget ni susunannya.

Neira melihat kesekeliling. Kemudian ia sadar akan satu hal.

Neira: hmmm yang jaga kayaknya ada dua orang, mudah-mudahan yang satu lebih manusiawi.

Neira menyusiri barisan rak satu lagi. Disana diujung rak ia melihat seorang perempuan dengan seragam sama dengan petugas didepan tadi. Saaat ingin menghampirinya langkah neira terhenti karena kelakuan perempuan itu. Dengan super lebay ia berbicara dengan seseorang lewat hape-nya.

Petugas lain: hhaaapah… excuise me.. haalllaowww iuuugh..geelaaa ya.. keren abis tau gaaak… aku..aku tu penggend banghet tau ghak….

Itu membuat neira membatalkan niatnya meminta bantaun dan kembali kerak sebelumnya. Akhirnya tak lama ia menemukan buku yang ia cari dan langsung menuju kemeja petugas yang ada didepan.

Neira: ini buku yang mau saya pinjam

Petugas perpustakaaaan itu lalu menyodorkan sebuah buku besar pada  neira. Ia lalu menunjuk-nunjuk apa bagaiman neira harus mengisinya dengan sebuah bollpoint  dengan angkuhnya sambil asik dengan sebuah cermin ditangannya. Dan sepasang maahasiswa tampak lewat dibelakang  neira meuju keluar

Neira lalu selasai dan menyodorkan kembali buku itu dan sedikit merunduk berpamitan dengan senyuman terpaksa. Saat membuka pintu langkah neira terganjal karena kaki seseorang yang ada tepat didepan pintu luar . sepasang mahasiswa sedang bersujud dan kemudian berlutu menengadahkan tangan. Tak lama keduanya saling menatap dan berpegaangan tanagan.

Uda: alhamdulillah dinda, akhirnyo awak berhasil kalua dari tampek itu.
Dinda: io uda… dinda alah ndak tahan lamo-lamu disinan.

Neira terparangah menatap keanehan itu. Sambil menatap prihatin iapun pasrah.
▪▪▪

Scene 6

Ariel tersenyum saat ia duduk sendiri dikamar kosnya. Ia menyadari ini adalah akhir pekan, ia mengetik sms dan mengirimkan pada kedua sahabatnya. Ia merencanakan sesuatu untuk bersenang-senang dan menghibur neira.

Tak lama handphon ariel bordering.

Ariel: hallo, gimana nick?
Nicko: ok, aku bisa kok, aku juga mau nebus kesalahan aku ama neira, emang ada apa aja disana?
Ariel: udaaah, liat ntar aja seru kok tempatnya, sekalian neira photo-photo.
Nicko: ok dech, atur aja, kabar-kabarin semuanya ya. Ntar biar aku yang jemput neira.
Ariel: ok…sip…

Lalu mereka bercakap-cakap tentang beberapa hal sebelum mengakhiri telpon.
▪▪▪

Scene 7

Malam itu Ariel sedang bersiap-siap dikamarnya untuk pergi bersama neira dan nicko.
Sementara nicko sudah menunggu dihalam kos  neira.  Tak lama  neira  keluar dan menghanpiri nicko sambil sibuk memeriksa isi tas dan kameranya.

Neira: kita mau kemana sich?
Nicko: udah ikut aja, kita have fun. Udah aku atur ama ariel…
Neira: ia…ia… dech. Aku juga suntuk banget hari-hari ini.
Nicko: ia… makanya, kita juga pengen liat kamu senyum kayak dulu lagi.

Neira naik keatas motor dan tersenyum bahagia atas kebaikan sahabat-sahabatnya itu. Nicko yang menoleh ke neira lalu membalas senyuman dan mulai mengemudikan motornya.

Ariel sudah menunggu mereka ditempat yang direncanakan. Dari kejauhan neira memberitahu nicko keberadaan ariel yang ia lihat sedang duduk diatas maticnya sambil melihat sekeliling dan menunjuknya. Mereka lalu menuju kedekat ariel yang langsung menyadari kedatangan mereka.

Nicko: udah lama?
Ariel: baru tujuh menitan lah…

Neira sibuk memperhatikan situasi tempat itu yang lumayan ramai.

Ariel: kenapa ra, ramekan?
Neira: eeeh… ia ada bakso tu…
Nicko: hehehe ia laper… kita makan dulu yuk?
Ariel: ia… sama. Yuk…

Mereka meuju tukang bakso yang ada didekat situ. Nicko memesan, sementara ariel dan neira mencari tempat duduk.

Tak lama setelah selesai makan, nicko membayar diikuti neira dan ariel didekatnya. Mereka berkeliling sambil neira sibuk mengabadikat beberapa moment hingga mereka saling memotret.
Sesekali ariel mencuri-curi pandang pada nicko yang sedang asik bergurau bersama neira.
Tampak sekali pemandangan penuh perasaan disana.
▪▪▪

Scene 8

Cuaca hari itu sangat bagus. Neira memutuskan untuk hunting photo kesebuah hutan kecil. Untuk menghilangkan rasa bosannya ia membawa serta ipodnya untuk menemaninya selama hunting. Melewati sebuah bendungan ia berjalan berhati-hati sambil terus menikamti suasana sekitar.

Sampai pada  pinggir hutan ia mulai beraksi dengan kameranya dan melepaskan headphone yang menyubat telinganya. Memasuki hutan ia melewati sebuah jembatan kayu yang menjadi penghubung hutan itu. Saat sedang asik memotret ia mendengar suara orang berdebat dari ujung belokan jembatan kayu yang cukup panjang itu. Ia menelusuri arah suara dan mendapati dua orang perempuan disana, mereka tampak berdebat.

Sesekali menganbil gambar, neira lalu mendekati kedua perempuan itu perlahan sementara kedua saling serang omongan.

Jepang: oh my godnes, kita tersesat, dasar bule bodoh salah ambil jalan.
Bule: ngomong apa kamu, dasar jepang bodoh gak tau jalan marah-marah.
Jepang: aku gak ngerti kamu ngomong apa, nyesel dech jalan ama ni orang.
Bule: tau gini mendingan jalan sendiri, susah lagi ngomongnya.

Neira sampai didekat mereka dan mencoba membantu.

Neira: maaf, keliatannya kalian tersesat. Saya tau jalan keluar dari sini. Kalian masuk dari arah mana? Biar saya antarkan.

Kedua perempuan itu lalu saling menatap bingung dan lalu berkata dengan bahasa mereka masing-masing secara bersamaan.

Jepang: saya tidak mengerti apa yang kamu katakan
Bule: saya tidak mengerti apa yang kamu katakan

Neira lalu tertawa pasrah dan mulai kebingungan, perlahan ia mundur dan sekali menundukkan badan sambil nyegir lalu berbalik arah meninggalkan kedua orang itu. Dua orang tadi terperangah melihat neira yang semakin jauh, tapi tak lama mereka kembali tampak berdedat.

Setelah bergegas-gegas meninggalkan tempat tapi, dengan matahari yang semakin tenggelam, neira memutuskan untuk duduk sejenak disebuah bangku dan menatap keraah jalan, dilihatnya sesekali kendaraan lewat dan beberapa orang kembali dari jogging. Tanpa sadar ia mengingat sesuatu. Ditempat itu dulu ia pernah mendapatkan kejutan saat ia berulang tahun dari devon.

Diingatannya tergambar jelas detail kejadian malam itu.
Turun dari mobil, dengan mata tertutup devon membimbingnya pada sebuah gundukan yang berada ditengan dua pohon besar. Saat ia membuka matanya, dihadapnnya berjejer lilin-lilin yang berujung sebuah meja makan malam yang romantic, dihadapan meja itu duduk devon yang didepanya sebuah kue ulang tahu.  Neira berjalan menuju meja itu diantara lilin-lilin. Dengan tatapan penuh cinta devon menjamu kekasihnya itu. Tepat dipinggir sebuah danau dan diarah lain tampak sebuah jembatan kayu tua kokoh menyaksikan indahnya malam itu.

Sesaat neira tersentak dan tanpa sadar meneteskan air mata. Ia lalu tersenyum dalam pasrah sambil memejamkan mata lalu bangkit dari tempat duduk dan perlahan beranjak karena hari semakin gelap.
▪▪▪

Scene 9

Sore hari dilapangan basket, nicko baru saja selesai bermain basket bersama teman se-teamnya. Beberapa rekannya telah selesai membereskan isi tas dipinggir lapangan dan berpamitan pada nicko.

Pemain 1: nick aku duluan.
Pemain 2: udah besok lagi aja…
Nicko: gak aku nunggu teman.
Pemain 2: ya udah kita balik…
Nicko: ok… hati-hati

Sambil terus men-dreabel bola ia melambaikan tangannya pada rekan-rekannya yang beranjak meninggalkan lapangan basket.

Sesekali melempar bola ke-ring sambil terus men-dreabel bola, tak lama ariel datang. Ariel langsung menuju tengah lapangan tempat nicko asik dengan bolanya, yang kemudian berhenti saat ariel tepat berada disebelahnya.

Nicko: ada apa, ada rencana buat neira lagi.
Ariel: ia… ini rencana untuk neira!!!

Seketika itu juga ariel melayangkan pukulannya pada wajah nicko yang membuat nicko terjatuh karena kaget dan tidak siap. Sejenak nicko tertunduk lalu sambil berupaya berdiri dengan tangan memegangi wajahnya ia bertanya pada temannya itu seraya menahan rasa sakit .

Nicko: kenapa kau…
Ariel: mau tau kenapa!!!!

Kembali ariel melayangkan kepalan tangannya, kini tepat diperut nicko. Kembali tanpa perlawanan nicko terjerembab. Dengan amarah ia bangkit dan mencengkram kerah ariel.

Nicko: aku salah apa!!! Ngomong… ayo… ngomong…

Tanpa mengeluarkan sedikitpun kata-kata ariel kini berkali-kali meenghujani nicko dengan pukulan. Beberapa kali diam kini nicko membela diri. Sekuat tenaga ia mendorng tubuh ariel. Ariel yang kini berada beberapa langkah dari nicko berusaha mendekat dan melayangkan pukulan kembali pada wajah nicko, dengan sigap tangan nicko menangkap tangan ariel sebelum mengenai wajahnya. Nicko maju dan melayangkan pukulan balasan pada wajah ariel, lalu berkali-kali pada perutnya. Ariel yang berupaya bertahan tak mampu mengalahkan kekuatan nicko yang membuatnya semakin mundur dan meendekati pinngir lapangan.

Nicko: masih belum mau ngasih tau salah aku apa!!!

Ariel lalu kembali menggunakan tenaganya, ia berhasil menarik kedua sisi bahu nicko dan membalikkan badan nicko hingga jatuh ketahan. Dia menduduki tubuh nicko dan menghujani wajahnya dengan pukulan. Nicko tidak tinggal diam, ia kini berhasil menyinggikrkan ariel dari atas tubuhnya. Ariel yang tersungkur dengan sigap berlari untuk menghindari nicko. Nicko mengejarnya, ia berhasil meraih tangan ariel, menariknya mendorongnya pada dinding seng yang tak jauh dari lapangan basket, ia menghujani tubuh ariel dengan pukulan. Tubuh ariel berkali-kali berbentuhan kuat dengan seng-seng itu. Tak lama ariel berbasil mendorong tubuh nicko, hingga teduduk ditanah, tepat dihadapan tubuh ariel yang tersandar lemah pada dinding seng itu. Dengan amarah ia berkata sambil menunjuk-nunjuk nicko.

Ariel: masih belum sadar salah kau apa!!! Bilang… kalau kau suka sama neira, jangan jadi pengecut…. ANJING!!!
Nicko: kenapa!!! Apa masalahnya!!! Salah!!!

Tubuhnya semakin lemah, sambil terus tersandar pada seng, ia terperosok terduduk ketanah.

Ariel: kau bakal ngancurin persahabatan kita…
Nicko: kau ngomong apa… gak ada yang bakal hancur… dari mana kau yakin aku suka sama dia?
Ariel: udahlah jangan pura-pura bodoh, aku baca semua sms kau ke dia… apa maksud kau? Mau ngancurin semuaanya? Neira masih belum sembuh sakit hatinya karena devon, kau udah ngelakuin yang bakal bikin dia bingung.
Nicko: kenapa? Apa salahnya? Aku suka sama dia… aku mau dia tau…
Ariel: ooooh… aku tau sekarang, jadi waktu itu sikap kau langsung berubah ke neira karna kau udah lama mendam rasa ke dia!!! Ia…kan… neira itu udah kayak saudara kita sendiri nick, dengan ngelakuin ini semuanya bakal berubah…
Nicko: terus… apa gunanya kau ngamuk gini?
Ariel: aaaaahhhh susah ngomong sama orang yang sedang jatuh cinta kayak kau…

Ariel lalu bangkit dan tergopoh-gopoh meninggalkan tempat itu. Dibelakangnya nicko berusaha untuk berdiri, lalu berteriak kearah ariel sambil berjalan perlahan.

Nicko: sial… anjing… teman macam apa kau…

Ariel tidak menggubrisnya, ia terus berjalan.

Nicko: pengecut, jangan Cuma bisa ngomong kau…

Ariel mengheentikan langkahnya, ia tertunduk sejenak, lalu ia membalik badan kearah nicko.

Ariel: simpan aja semua sampah dimulut kau itu. Kalau tetap kayak gitu, kau bakal berhasil ngancurin persahabatan kita. Nicko lalu membalas dengan teriakan-teriakan, sementara ariel kembali berjalan meninggalkan lapangan basket. Dari kejauhan indah yang tidak sengaja lewat melihat kejadian itu. Buru-buru ia mengeluarkan handphonenya meng-sms niera untuk memberitahukan apa yang baru ia lihat.

Dikamar kosnya ariel langsung memasuki kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terkena lumpur. Di kamar mandi ditatapnya wajahnya yang babak belur dicermin. Diguyurnya tubuhnya dengan air bergayung-gayung dengan cepat dan sekuat tenaga. Telah kelelahan ia membantung gayung kelantai dan terduduk lemah menahan amarah yang masih menguasai pikirannya.

Ia menundukkan kepalanya dengan tangan dikedua sisi kepalanya.
Ariel: shit… kenapa nicko!!!
▪▪▪



Scene 10

Nicko dan ariel duduk disebuah bangku dibawah pohon yang teduh, neira bersandar pada batang pohon yang kokoh itu.

Neira: apa gunanya kalian begitu… aku gak mau semua jadi berubah… kita harus bisa saling jaga selamanya…
Ariel: ia ra, tapi sikap nicko ke kamu itu bisa bikin banyak hal berubah dan gak nyaman… kau ngertikan nick… sory mungkin aku terlalu emosi, aku Cuma takut ada yang ngerusak persahabatan kita, apa lagi itu bagian dari kita sendiri…
Nicko: ooo… jadi aku yang bakal ngancurin itu? Fine… aku salah, tapi apa gak lebih salah kalau aku bohongin diri aku sendiri
Ariel: ya… gak semuanya salah, juga gak semuanya benar… neira kan udah kayak saudara kita sendiri… coba lah kaendalikan perasaan kau sedikit.jangan bodoh, jangan norak.

Nicko lalu berdiri dan mencengkram kerah ariel.
Nicko: apa!!! Ok menurut kau itu norak, apa datang-datang langsung mukulin aku itu gak norak!!!

Ariel bangkit dan mendorong tubuh nicko.
Ariel: liatkan ra, siapa yang bakal ngancurin ini semua.

Tak terima nicko melayangkan pukulannya kewajah ariel. Ariel pun tertunduk dan tampak mengepalkan tangannya. Neira kemudian berdiri ditengah nicko dan ariel dan menahan dada ariel.

Neira: udah… cukup… kalian berdua kayak anak kecil… bukan gini caranya, please udahin ini semua… aku gak tau cara gimana biar kalian bisa berenti pake emosi…
Nicko: dia ra, dia yang mulai duluan…
Neira: udah…udah… cukup… aku gak kuat liat kalian gini terus… hargai aku sebagai manusia disini…

Ariel menunjuk-nunjuk kearah nicko.
Ariel: diamkan mulut kau tu… puas kau sekarang…

Neira melepaskan tangannya dari dada ariel dan terduduk lemas dibangku tepat ditengah ariel dan nicko. Kedua tangannya mencengkram kuat pinggir bangku itu, air matanya lalu menetes.

Neira: kenapa semua orang yang aku sayang sedikit-sedikit bakal menjauh ddari aku. Dengan begini terus, bisa dipastikan bakalan bubar semuanya.

Ariel dan nicko berdiri menatap kearah neira. Ariel duduk disamping niera dan mengusap bahu neira. Nicko berdiri terpaku memegangi keningnya.


Neira: mulai dari orang yang Sembilan bulan mengandung aku, dia pergi gak lebih dari seminggu setelah aku lahir, karena virus yang sekarang juga tumbuh di badan aku, aku punya aids… aku sakit…

Nicko yang tertunduk, terperangah mendengar kata-kata neira.

Neira: devon buang aku kayak sampah, ditambah lagi kalau harus kehilangan kalian, apa jadinya aku… aku sayang sama kalian berdua… please jangan rusak persahabatan kita.

Nicko lalu duduk disisi neira, ia mengambil tangan neira dan memeganginya erat-erat. Ariel menggeser bahunya dan mengarahkan kepala neira untuk bersandar disana.
▪▪▪

Scene 11

Hari-hari berlalu setelah banyak kejadian yang menguras tenaga dan pikiran neira. Semakin banyak waktu yang ia lewatkan untuk menyibukkan diri dengan kameranya. Sejak ariel dan nicko tahu neira tak sekuat yang mereka lihat selama ini, mereka selalu ada untuk menjaga neira bersama-sama ataupun bergantian.

Obat-obatan membuat neira bertahan untuk harapan besar dalan hidupnya. Neira bercermin memperhatikan leher dan lengannya yang terpengaruh karena konssumsi obat. Ia menetap juga obat-obatan yang ada ditangannya dan dengan lemas memjatuhkannya kelantai.

Senja merah menemani neira yang kembali asik dengan mata ketiganya. Nicko bersamanya saat ini. Lokasi pembangunan sebuah proyek main stadion menjadi tempat itu. Lampu-lampu besar yang menerangi pilar-pilar tinggi disana sesekali menyilaukan pandangan.

Jalan bertanah liat memaksa mereka berjalan kaki untuk keluar dari area proyek, neira masih asik dengan kameranya. Cahaya lampu-lampu besar sudah mulai redup pada jalan keluar itu. Sebauh mobil besar pengangkut material ber-tonase tinggi memasuki area dengan cahaya lampu yang tajam. Mereka  minggir dari badan jalan. Neira tak menyia-nyiakan moment itu ia sedikit beranjak untuk lehib dekat dengan mobil yang semakin dekat dengan mereka.

Tiba-tiba kaki neira terjebak pada tanah liat yang basah itu cukup dalam. Nicko melihat dari belakang neira cukup kesusahan untuk bergerak. Ia lalu berupaya berlari mendekati niera. Mobil itu semakin dekat, kini kepalanya telah melewati posisi neira yang masih berupaya mengangkat kaki. Sementara nicko yang berlari tergelincir hingga terjerembab, tubuhnya melintang kebadan jalan. Mobil itu semakin dekat dengan nicko. Saat nicko mencoba bangkit, dan dalam posisi berlutut sudut depan mobil besar itu menyambar tubuhnya hingga tertental keluar badan jalan.

Neira yang baru saja berhasil lepas dari cengkraman tanah liat berbalik dan meliaht tubuh nicko yang telah tergeletak bersimbah darah. Sekuat tenaga niera berlari berbalik meuju nicko, baru beberapa langkah ia tersungkur, ia lalu bangkit kembali dan mandapati nicko yang terbaring lemah. Teriakannya membelah kegelapan.

Neira: nickoooooooooooooooooooooo…

Ambulan melaju kencang dengan lolongan serinai yang memaksa pengguna jalan lain untuk mengalah.
▪▪▪

Scene 12



  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar