The scenario:
Scene 1 (opening/ session id)
Suasana
gelap, hanya ada lampu jalan yang berkedap-kedip dan suara binatang malam yang
memecah kesunyian. Neira, dengan rasa cemas menghindari sebuah bahaya yang
sedang mengejarnya. Wajah cantiknya tak
begitu nyata bagi pandangan, sekelabat cahaya sesekali memperlihatkan kaki sang
gadis yang dengan sekuat tenaga berlari
hingga nafasnya terpenggal-penggal dan bersautan dengan kesunyian.
Sejenak
berhenti dan menyeka rambut panjangnya yang berantakan. Mengatur nafas kembali
sambil memegangi kamera yang disandangnya dengan tangan gemetar.
Matanya
yang penuh kehawatiran dengan sigap melihat kearah belakang, tanpa ada detik
yang terlewat ia kembali berlari menerobos gelapnya udara malam. Melompati
sebuah selokan ia terus berlari, menuju tanah berumput yang di kelilingi
pohon-pohon besar. Meneruskan langkah sampai pada jalan berkerikil yang membuat
langkahnya sedikit melambat.
Dari
kejauhan, dibelakang Neira yang terus berlari dalam kegelapan tampak sosok
perempuan yang rupanya tak dikenali karena cahaya yang sangat minim ditempat
itu. Perempuan itu dengan sebuah senjata api ditangannya.
Tak
lama setelah Neira semakin jauh, sosok perempuan itu berjalan perlahan kedalam
kegelapan lalu menghilang.
Terus
berlari kencang dan sesekali menoleh kebelakang membuat ia tak sadar langkahnya
tak lagi terarah. Terdengar geming yang menggema dari bawah sebuah tiang
listrik. Sesuatu telah menabrak benda keras itu dengan sangat kencang. Neira
terbaring tak sadarkan diri, wajah putihnya bercahaya diterangi lampu jalan
yang menyilaukan, rambut nya yang bergelombang juga mencakar wajahnya.
▪▪▪
Scene 2
Suasana
kelas hening, sedang diadakan UTS untuk kelas bu Chelsy. Dosen perempuan yang
perhatian sekali dengan mahasiswa-mahasiswanya. Sambil mengawasi bu Chelsy
melangkah pelan ke arah belakang dari tengah lorong bangku-bangku diruangan
itu.
Dari
pintu depan terdengan suara ketukan. Sontak semua mata menuju pintu, bu Chelsy
berbalik arah. Neira didepan pintu.
Neira:
maaf buk saya terlambat…
Bu
Chelsy menatap neira dan mengangguk sambil tersenyum. Neira berjalan melewati
bu chelsy sambil tersenyum segan. Kening neira yang memar diantara sela-sela
rambutnya yang bergelombang menarik sedikit perhatian bu Chelsy yang kemudian
berjalan menuju mejanya di depan kelas.
Neira
duduk dibangku paling belakang tepat disebelah Nicko dan Ariel.
Ariel:
kenapa jidat kamu?
Neira:
ia, ntar aku certain, liat soalnya donk
Nicko
yang berada ditengah tengah mereka ikut memperhatikan walaupun tidak berkomentar dan menyodorkan kertasnya
pada Neira.
ujian
selesai, Neira, Nicko dan Ariel duduk
didepan kelas. Neira menceritakan kejadian yang ia alamai tadi malam.
Ariel:
ya ampun ra… nyawa kamu tu bisa terancam. Kamu bilang kita donk kalau ada
apa-apa…
Neira:
ia ril… tapi aku juga gak tau kejadiannya bakal jadi serumit ini.
Ariel:
kita benar-benar gak tau kejadian apa lagi sesudah ini, dan….
Nicko:
halllah… udaah berapa kali aku ingatkan, kamu pikir bakal dengan mudah
buat nyelesein kalo udah kayak gini.
Ariel:
kamu kenapa nick? situasinya udah gak tepat buat pasang argument.
Nicko:
emang, tapi ra, ini bukan pertama kalinya ada masalah sejak kamu pacaran sama
dia.
Ariel:
udahlah nick, udah kejadian juga. Sekarang itu tinggal gimana kita nyelesein
semuanya.
Neira:
aku tau sejak awal ini salah, dan aku gak ada maksud sedikitpun buat ngelibatin
kalian dalam masalah aku.
▪▪▪
Scene 3
Malam
hari, dikamar kosnya, Neira duduk dipinggir ranjang sambil termenung memikirkan
apa yang harus ia lakukan. Raut gelisah mencoret-coret mukanya. Sesekali ia menghela
nafas panjang. Tiba-tiba handphone nya berdering dan mengagetkannya. Sebuah
pesan singkat masuk dan buru-buru ia baca. Sejenak membaca sms itu, Neira
memejamkan mata dan memegangi keningnya dan melatakkan handphonenya. Kemudian
ia bergegas tersadar dan buru-buru
menelpon Ariel untuk mengajaknya bertemu
malam itu. Sambil lalu bersiap-siap dan merapikan rambut di depan cermin, ia
mengatur renacana untuk bertemu saat itu juga.
Tak
lama mereka juga bertemu disebuah tempat makan yang mereka sepakati. Ariel
telah tiba terlebih dahulu dan duduk. Neira yang kemudian tiba langsung
menghapiri dan duduk didepan Ariel.
Neira:
sory ya lama…
Ariel:
gak kok aku juga baru… apa katanya ra?
Neira
membuka hpnya dan memprlihatkan sms itu kepada Ariel.
Neira:
sumpah, aku kacau banget ril… yang bikin aku gak habis pikir, dia udah nganggap
ini semua selesai gitu aja.
Ariel:
kenapa segampang itu buat dia? kamu yakin Cuma karena pacarnya udah balik, atau
ada alasan lain. Padahal selama ini dia seolah-olah bakal ninggaalin pacarnya
itu buat kamu.
Neira:
kayak yang aku certain waktu itu, belakangan dia cepat naik darah kalo ngadepin
aku. Padahal semuanya seperti biasa, gak ada yang berubah.
Ariel:
aku gak yakin Cuma karena itu!
Ariel
menatap mata Neira sambil tersenyum dengan maksud membongkar sesuatu. Neira
lantas tertunduk sejenak dan memulai kembali pembicaraan.
Neira:
ok… aku udah nyembunyiin sesuatu dari kalian. Dia minta aku untuk melakukannya,
tapi aku gak mau.
Ariel:
apa! ML?
Neira:
ya… aku belum siap kalau harus nanggung resikonya. Aku masih mikir ril…
Ariel:
yang kamu lakuin udah bener kok ra, dan aku juga tau kamu pasti gak bisa dengan
gampang buat ngelupain dia walaupun situasinya kayak gini.
Neira:
sory ya ril… aku nutupin ini semua, aku malu sama kalian.
Ariel:
ia ra… aku ngerti, aku tau persis gimana bingungnya kamu sekarang.
Neira:
thanks ya ril… terus aku juga bingung dengan sikap nicko akir-akir ini.
Ariel:
udah… kamu gak usah mikirin itu dulu, kamu focus aja dengan urusan kamu dengan
devon. Ntar aku coba ngomong ama nicko. Terus gimana besok? Perlu aku temanin?
Neira: gak usah ril, aku sendiri aja. Aku
bakal ngomong sejelas-jelasnya,sejujur-jujurnya ke dia apa yang aku rasain
sekarang dan kenapa aku mempertahankan semuanya.
Ariel:
ok.. apapun yang terjadi kamu jangan panik dan jangan sampe ngelakuin hal
bodoh. Kalo ada apa-apa kamu telpon aku aja ya.
Neira:
ya… makasih banget yaa ril… aku harus bisa yakinin dia besok.
Ariel
tersenyum terhadap neira dan menatapnya dengan memberi keyakinan.
▪▪▪
Scene 4
Bingung
akan apa yang harus ia katakan dan lakukan bergelayut difikiran Neira. Sore
hari yang mendung seolah menjadi lukisan yang tepat akan isi hatinya kala itu. Sesuai
dengan janji nya pada devon, ia menunggunya disebuah jembatan yang pernah
menjadi tempat favorit mereka saat bersama. Neira sengaja memilih tempat itu
karena banyak sekali kenangan mereka disana. Neira tiba disana terlabih daulu,
ia menunggu tepat ditengan jembatan yang menyerupai bentuk kupu-kupu itu. Angin
sesekali menyela rambutnya. Ia hanya memandang kearah bendungan kecil yang ada
tepat dibawah jembatan itu. Tak lama terdengarlah suara mobil devon dari
pinggir jalan. Neira membalikan badannya kearah jalan. Devon
keluar dari dalam mobil dan langsung menuju neira diatas jembatan.
Devon:
sebenarnya gak ada yang harus kita omongin lagi!
Neira
sejenak memejamkan mata
Neira:
aku tau, tapi aku Cuma mau semuanya kalaupun harus berakhir, harus benar-benar
clear.
Devon:
ok… apa mau kamu?
Neira:
sebelumnya aku Cuma mau kamu tau kalau ini benar-benar berat buat aku. Kamu tau
aku masih sayang sama kamu sampai saat ini.
Devon:
lantas, kenapa kamu selalu gak percaya dan mempersulit semuanya.
Neira:
apa lagi yang gak aku percaya dan apa yang aku persulit? Kalau maksud kamu soal
permintaan kamu waktu itu, aku benar-benar gak akan ngelakuinnya. Karna aku
yakin bukan itu cara buat ngebuktiin cinta aku ke kamu.
Devon:
terserah… yang jelas aku ngerasa kita udah benar-benar gak cocok. Aku maau
hidup aku yang dulu.
Neira:
memangnya apa yang udah aku rebut dari hidup kamu yang dulu? Aku Cuma mau
ngelakuin yang terbaik buat kamu, buat kita.
Devon:
sekali lagi terserah kamu. Aku gak akan berubah pikiran.
Neira:
mungkin aku udah gak tau malu banget ngemis-ngemis cinta kayak gini ke kamu. Aku
Cuma coba jujur dengan perasaan aku dan aku mau kamu tau itu. Aku sadar aku
Cuma selingkuhan buat kamu, tapi aku udah benar-benar terjerat dalam cinta aku
ke kamu.
Devon:
aku gak tau lagi apa yang harus aku perbuat kekamu. Aku gak punya banyak waktu.
Yang jelas apapun lagi yang terjadi setelah ini, udah bukan tangung jawab aku
lagi. Jangan berbuat bodoh karena aku gak mau terlibat.
Devon berbalik arah dan meninggaalkan neira menuju mobil. Neira tak
mampu berbuat apa-apa, ia hanya bisa melihat laki-laki itu pergi
meninggalkannya sambil berusaha keras menahan air mata. Mobil devon pun
perlahan mulai berjalan, sseorang perempuan membuka kaca mobil itu dan menatap
neira dengan tatapan sinis. Neira langsung tersentak dan kemudian teeringat
akan bayangan perempuan yang mengejarnya pada suatu malam.
Kemudian
Neira duduk dipinggir bendungan kecil yang berada dibawah jembatan. Kedua
kakinya berada didalam air. Wajahnya tak dapat menyembunyikan betapa hancur
perasaannya saat itu. Sekuat tenaga ia menahan tangis.
Perlahan-lahan
ia masuk dan berjalan keadalam dan menuju tengah dari bendungan itu.
Tatapaannya yang kosong ditemani tanggannya yang dengan lembut menyentuh
permuukaan air disana. Airmatanya perlahan menetes. Neira sedikit merunduk dan
tanganga mulai dalam meraba air. Dengan spontan ia menghamburkan air ke udara
dengan kedua tangannya bersamaan dengan wajahnya yang meengarah keatas juga
berteriak meluapkan betapa hancurnya ia kala itu
▪▪▪
Scene 5
Kelas
hari itu berakhir. Neira bersama indah berjalan menuju keluar kelas, sementara
di deretan bangku paling belakang tampak nicko dan ariel sedang bersiap-siap
meninggalkan bangku mereka. Diluar kelas ariel dan nicko bertanya kepada neira
kemana tujuan nya saat itu.
Ariel:
kemana lagi ra? Kantin yuk…
Nicko:
yuk… aku lapar banget ni, tadi gak sempat sarapan.
Neira:
ia… aku keperpus dulu, duluan aja ntar aku nyusul
Ariel:
ok…haaaa kemana? Perpus?
Ariel
dan nicko saling menatap dengan wajah prihatin.
Sementara itu indah yang berada ditengah-tengah mereka hanya melempar senyum
pada kedua cowok itu. Selanjutnya mereka bersama-sama berjalan menuju
perpustakaan sampai pada sebuah persimpangan nicko dan ariel memisahkan diri.
Didepan
pintu perpustakaan indah menanyakan apakah neira yakin untuk masuk kedalam.
Sambil memegangi tangang neira dengan wajah panic seolah-olah mengakhawtirkan
nasib temannya setelah masuk kedalam perpustakaan.
Indah:
ra… apa kamu yakin buat masuk?
Neira:
ia ndah… kali ini aku harus siap, gak ada jalan lain…
Indah:
ok… kamu hati-hati ya.. aku gak mau kamu kenapa-napa…
Sambil
menghela nafas neira perlahan memegangi gagang pintu. Indah menatap temannya
itu dengan wajah cemas namun berusaha meyakinkan.
Dari
dalam perpustakaan terdengarlah suara decitan engsel pintu yang panjang memecah heningnya suasana perpustakaan. Dari
balik pintu perlahan muncul sosok neira
yang penuh keraguan masuk kedalam dan menuju meja petugas perpustakaan.
Perlahan neira mengangkat kepalanya untuk menatap dengan jelas sosok yang berdiri
tepat dibalik meja petugas perpustakaan. Kemudian secara jelas dihadaapan neira
tampak sosok yang penjaga perpustakaan itu.
Sosok
itu kemudian dengan wajah karet super elastis menyapa neira. Suara cempreng nya
sangat mengganggu. Dengan sangat lebay ia mengeluarkan setiap kata-kata dari
mulutnya itu hingga membuat neira terengah-engah melihatnya.
Petugas:
ada apaaaa… aapa kabaaaaaarrr…
Neira:
emmmm saya mau cari buku komunikasi yang baru…
Petugas:
oooohggghaaaaghhhh ada donk..hehehehe
Neira:
dirak mana ya?
Petugas:
raknya…oooogghhhrrrhhagaa… gak tau..cari aja jangan ngerepotin…
Masih
belum sadar akan kenyataan orang barusan yang ia temui, neira berjalan
menyusuri satu persatu rak-rak buku disana. Berhenti disebuah rak yang bertuliskan
ilmu komunikasi. Ia memeriksa satu persatu buku yang adaa disana untuk mencari
buku yang ia maksud. Dalam pencariannya ia mendapati beberapa buku yang bukan
buku untuk mata kuliah komunikasi bahkan bukan untuk jurusan apa pun sesuai dengan
tempat keberadaan perpustakaan itu berada, fisip. Sempat kaget dan kembali
meyakinkan diri dengan melihat label diatas rak buku itu.
Neira:
inikan perpus fisip… kok ada buku ini.. aduh.. minta bantuan siapa ya,
amburadul banget ni susunannya.
Neira
melihat kesekeliling. Kemudian ia sadar akan satu hal.
Neira:
hmmm yang jaga kayaknya ada dua orang, mudah-mudahan yang satu lebih manusiawi.
Neira
menyusiri barisan rak satu lagi. Disana diujung rak ia melihat seorang
perempuan dengan seragam sama dengan petugas didepan tadi. Saaat ingin
menghampirinya langkah neira terhenti karena kelakuan perempuan itu. Dengan
super lebay ia berbicara dengan seseorang lewat hape-nya.
Petugas
lain: hhaaapah… excuise me.. haalllaowww iuuugh..geelaaa ya.. keren abis tau gaaak…
aku..aku tu penggend banghet tau ghak….
Itu
membuat neira membatalkan niatnya meminta bantaun dan kembali kerak sebelumnya.
Akhirnya tak lama ia menemukan buku yang ia cari dan langsung menuju kemeja
petugas yang ada didepan.
Neira:
ini buku yang mau saya pinjam
Petugas
perpustakaaaan itu lalu menyodorkan sebuah buku besar pada neira. Ia lalu menunjuk-nunjuk apa bagaiman
neira harus mengisinya dengan sebuah bollpoint
dengan angkuhnya sambil asik dengan sebuah cermin ditangannya. Dan
sepasang maahasiswa tampak lewat dibelakang
neira meuju keluar
Neira
lalu selasai dan menyodorkan kembali buku itu dan sedikit merunduk berpamitan
dengan senyuman terpaksa. Saat membuka pintu langkah neira terganjal karena
kaki seseorang yang ada tepat didepan pintu luar . sepasang mahasiswa sedang
bersujud dan kemudian berlutu menengadahkan tangan. Tak lama keduanya saling
menatap dan berpegaangan tanagan.
Uda:
alhamdulillah dinda, akhirnyo awak berhasil kalua dari tampek itu.
Dinda:
io uda… dinda alah ndak tahan lamo-lamu disinan.
Neira
terparangah menatap keanehan itu. Sambil menatap prihatin iapun pasrah.
▪▪▪
Scene 6
Ariel
tersenyum saat ia duduk sendiri dikamar kosnya. Ia menyadari ini adalah akhir
pekan, ia mengetik sms dan mengirimkan pada kedua sahabatnya. Ia merencanakan
sesuatu untuk bersenang-senang dan menghibur neira.
Tak
lama handphon ariel bordering.
Ariel:
hallo, gimana nick?
Nicko:
ok, aku bisa kok, aku juga mau nebus kesalahan aku ama neira, emang ada apa aja
disana?
Ariel:
udaaah, liat ntar aja seru kok tempatnya, sekalian neira photo-photo.
Nicko:
ok dech, atur aja, kabar-kabarin semuanya ya. Ntar biar aku yang jemput neira.
Ariel:
ok…sip…
Lalu
mereka bercakap-cakap tentang beberapa hal sebelum mengakhiri telpon.
▪▪▪
Scene 7
Malam
itu Ariel sedang bersiap-siap dikamarnya untuk pergi bersama neira dan nicko.
Sementara
nicko sudah menunggu dihalam kos neira. Tak lama
neira keluar dan menghanpiri
nicko sambil sibuk memeriksa isi tas dan kameranya.
Neira:
kita mau kemana sich?
Nicko:
udah ikut aja, kita have fun. Udah aku atur ama ariel…
Neira:
ia…ia… dech. Aku juga suntuk banget hari-hari ini.
Nicko:
ia… makanya, kita juga pengen liat kamu senyum kayak dulu lagi.
Neira
naik keatas motor dan tersenyum bahagia atas kebaikan sahabat-sahabatnya itu.
Nicko yang menoleh ke neira lalu membalas senyuman dan mulai mengemudikan
motornya.
Ariel
sudah menunggu mereka ditempat yang direncanakan. Dari kejauhan neira
memberitahu nicko keberadaan ariel yang ia lihat sedang duduk diatas maticnya
sambil melihat sekeliling dan menunjuknya. Mereka lalu menuju kedekat ariel
yang langsung menyadari kedatangan mereka.
Nicko:
udah lama?
Ariel:
baru tujuh menitan lah…
Neira
sibuk memperhatikan situasi tempat itu yang lumayan ramai.
Ariel:
kenapa ra, ramekan?
Neira:
eeeh… ia ada bakso tu…
Nicko:
hehehe ia laper… kita makan dulu yuk?
Ariel:
ia… sama. Yuk…
Mereka
meuju tukang bakso yang ada didekat situ. Nicko memesan, sementara ariel dan
neira mencari tempat duduk.
Tak
lama setelah selesai makan, nicko membayar diikuti neira dan ariel didekatnya.
Mereka berkeliling sambil neira sibuk mengabadikat beberapa moment hingga
mereka saling memotret.
Sesekali
ariel mencuri-curi pandang pada nicko yang sedang asik bergurau bersama neira.
Tampak
sekali pemandangan penuh perasaan disana.
▪▪▪
Scene 8
Cuaca
hari itu sangat bagus. Neira memutuskan untuk hunting photo kesebuah hutan
kecil. Untuk menghilangkan rasa bosannya ia membawa serta ipodnya untuk
menemaninya selama hunting. Melewati sebuah bendungan ia berjalan berhati-hati
sambil terus menikamti suasana sekitar.
Sampai
pada pinggir hutan ia mulai beraksi
dengan kameranya dan melepaskan headphone yang menyubat telinganya. Memasuki
hutan ia melewati sebuah jembatan kayu yang menjadi penghubung hutan itu. Saat
sedang asik memotret ia mendengar suara orang berdebat dari ujung belokan
jembatan kayu yang cukup panjang itu. Ia menelusuri arah suara dan mendapati
dua orang perempuan disana, mereka tampak berdebat.
Sesekali
menganbil gambar, neira lalu mendekati kedua perempuan itu perlahan sementara
kedua saling serang omongan.
Jepang:
oh my godnes, kita tersesat, dasar bule bodoh salah ambil jalan.
Bule:
ngomong apa kamu, dasar jepang bodoh gak tau jalan marah-marah.
Jepang:
aku gak ngerti kamu ngomong apa, nyesel dech jalan ama ni orang.
Bule:
tau gini mendingan jalan sendiri, susah lagi ngomongnya.
Neira
sampai didekat mereka dan mencoba membantu.
Neira:
maaf, keliatannya kalian tersesat. Saya tau jalan keluar dari sini. Kalian
masuk dari arah mana? Biar saya antarkan.
Kedua
perempuan itu lalu saling menatap bingung dan lalu berkata dengan bahasa mereka
masing-masing secara bersamaan.
Jepang:
saya tidak mengerti apa yang kamu katakan
Bule:
saya tidak mengerti apa yang kamu katakan
Neira
lalu tertawa pasrah dan mulai kebingungan, perlahan ia mundur dan sekali
menundukkan badan sambil nyegir lalu berbalik arah meninggalkan kedua orang
itu. Dua orang tadi terperangah melihat neira yang semakin jauh, tapi tak lama
mereka kembali tampak berdedat.
Setelah
bergegas-gegas meninggalkan tempat tapi, dengan matahari yang semakin
tenggelam, neira memutuskan untuk duduk sejenak disebuah bangku dan menatap
keraah jalan, dilihatnya sesekali kendaraan lewat dan beberapa orang kembali
dari jogging. Tanpa sadar ia mengingat sesuatu. Ditempat itu dulu ia pernah
mendapatkan kejutan saat ia berulang tahun dari devon.
Diingatannya
tergambar jelas detail kejadian malam itu.
Turun
dari mobil, dengan mata tertutup devon membimbingnya pada sebuah gundukan yang
berada ditengan dua pohon besar. Saat ia membuka matanya, dihadapnnya berjejer
lilin-lilin yang berujung sebuah meja makan malam yang romantic, dihadapan meja
itu duduk devon yang didepanya sebuah kue ulang tahu. Neira berjalan menuju meja itu diantara
lilin-lilin. Dengan tatapan penuh cinta devon menjamu kekasihnya itu. Tepat
dipinggir sebuah danau dan diarah lain tampak sebuah jembatan kayu tua kokoh
menyaksikan indahnya malam itu.
Sesaat
neira tersentak dan tanpa sadar meneteskan air mata. Ia lalu tersenyum dalam
pasrah sambil memejamkan mata lalu bangkit dari tempat duduk dan perlahan
beranjak karena hari semakin gelap.
▪▪▪
Scene 9
Sore
hari dilapangan basket, nicko baru saja selesai bermain basket bersama teman
se-teamnya. Beberapa rekannya telah selesai membereskan isi tas dipinggir
lapangan dan berpamitan pada nicko.
Pemain
1: nick aku duluan.
Pemain
2: udah besok lagi aja…
Nicko:
gak aku nunggu teman.
Pemain
2: ya udah kita balik…
Nicko:
ok… hati-hati
Sambil
terus men-dreabel bola ia melambaikan tangannya pada rekan-rekannya yang
beranjak meninggalkan lapangan basket.
Sesekali
melempar bola ke-ring sambil terus men-dreabel bola, tak lama ariel datang.
Ariel langsung menuju tengah lapangan tempat nicko asik dengan bolanya, yang
kemudian berhenti saat ariel tepat berada disebelahnya.
Nicko:
ada apa, ada rencana buat neira lagi.
Ariel:
ia… ini rencana untuk neira!!!
Seketika
itu juga ariel melayangkan pukulannya pada wajah nicko yang membuat nicko
terjatuh karena kaget dan tidak siap. Sejenak nicko tertunduk lalu sambil
berupaya berdiri dengan tangan memegangi wajahnya ia bertanya pada temannya itu
seraya menahan rasa sakit .
Nicko:
kenapa kau…
Ariel:
mau tau kenapa!!!!
Kembali
ariel melayangkan kepalan tangannya, kini tepat diperut nicko. Kembali tanpa
perlawanan nicko terjerembab. Dengan amarah ia bangkit dan mencengkram kerah
ariel.
Nicko:
aku salah apa!!! Ngomong… ayo… ngomong…
Tanpa
mengeluarkan sedikitpun kata-kata ariel kini berkali-kali meenghujani nicko
dengan pukulan. Beberapa kali diam kini nicko membela diri. Sekuat tenaga ia
mendorng tubuh ariel. Ariel yang kini berada beberapa langkah dari nicko
berusaha mendekat dan melayangkan pukulan kembali pada wajah nicko, dengan
sigap tangan nicko menangkap tangan ariel sebelum mengenai wajahnya. Nicko maju
dan melayangkan pukulan balasan pada wajah ariel, lalu berkali-kali pada
perutnya. Ariel yang berupaya bertahan tak mampu mengalahkan kekuatan nicko
yang membuatnya semakin mundur dan meendekati pinngir lapangan.
Nicko:
masih belum mau ngasih tau salah aku apa!!!
Ariel
lalu kembali menggunakan tenaganya, ia berhasil menarik kedua sisi bahu nicko
dan membalikkan badan nicko hingga jatuh ketahan. Dia menduduki tubuh nicko dan
menghujani wajahnya dengan pukulan. Nicko tidak tinggal diam, ia kini berhasil
menyinggikrkan ariel dari atas tubuhnya. Ariel yang tersungkur dengan sigap
berlari untuk menghindari nicko. Nicko mengejarnya, ia berhasil meraih tangan
ariel, menariknya mendorongnya pada dinding seng yang tak jauh dari lapangan
basket, ia menghujani tubuh ariel dengan pukulan. Tubuh ariel berkali-kali
berbentuhan kuat dengan seng-seng itu. Tak lama ariel berbasil mendorong tubuh
nicko, hingga teduduk ditanah, tepat dihadapan tubuh ariel yang tersandar lemah
pada dinding seng itu. Dengan amarah ia berkata sambil menunjuk-nunjuk nicko.
Ariel:
masih belum sadar salah kau apa!!! Bilang… kalau kau suka sama neira, jangan
jadi pengecut…. ANJING!!!
Nicko:
kenapa!!! Apa masalahnya!!! Salah!!!
Tubuhnya
semakin lemah, sambil terus tersandar pada seng, ia terperosok terduduk
ketanah.
Ariel:
kau bakal ngancurin persahabatan kita…
Nicko:
kau ngomong apa… gak ada yang bakal hancur… dari mana kau yakin aku suka sama
dia?
Ariel:
udahlah jangan pura-pura bodoh, aku baca semua sms kau ke dia… apa maksud kau?
Mau ngancurin semuaanya? Neira masih belum sembuh sakit hatinya karena devon,
kau udah ngelakuin yang bakal bikin dia bingung.
Nicko:
kenapa? Apa salahnya? Aku suka sama dia… aku mau dia tau…
Ariel:
ooooh… aku tau sekarang, jadi waktu itu sikap kau langsung berubah ke neira
karna kau udah lama mendam rasa ke dia!!! Ia…kan… neira itu udah kayak saudara kita
sendiri nick, dengan ngelakuin ini semuanya bakal berubah…
Nicko:
terus… apa gunanya kau ngamuk gini?
Ariel:
aaaaahhhh susah ngomong sama orang yang sedang jatuh cinta kayak kau…
Ariel
lalu bangkit dan tergopoh-gopoh meninggalkan tempat itu. Dibelakangnya nicko
berusaha untuk berdiri, lalu berteriak kearah ariel sambil berjalan perlahan.
Nicko:
sial… anjing… teman macam apa kau…
Ariel
tidak menggubrisnya, ia terus berjalan.
Nicko:
pengecut, jangan Cuma bisa ngomong kau…
Ariel
mengheentikan langkahnya, ia tertunduk sejenak, lalu ia membalik badan kearah
nicko.
Ariel:
simpan aja semua sampah dimulut kau itu. Kalau tetap kayak gitu, kau bakal
berhasil ngancurin persahabatan kita. Nicko lalu membalas dengan
teriakan-teriakan, sementara ariel kembali berjalan meninggalkan lapangan
basket. Dari kejauhan indah yang tidak sengaja lewat melihat kejadian itu.
Buru-buru ia mengeluarkan handphonenya meng-sms niera untuk memberitahukan apa
yang baru ia lihat.
Dikamar
kosnya ariel langsung memasuki kamar mandi untuk membersihkan badannya yang
terkena lumpur. Di kamar mandi ditatapnya wajahnya yang babak belur dicermin.
Diguyurnya tubuhnya dengan air bergayung-gayung dengan cepat dan sekuat tenaga.
Telah kelelahan ia membantung gayung kelantai dan terduduk lemah menahan amarah
yang masih menguasai pikirannya.
Ia
menundukkan kepalanya dengan tangan dikedua sisi kepalanya.
Ariel:
shit… kenapa nicko!!!
▪▪▪
Scene 10
Nicko
dan ariel duduk disebuah bangku dibawah pohon yang teduh, neira bersandar pada
batang pohon yang kokoh itu.
Neira:
apa gunanya kalian begitu… aku gak mau semua jadi berubah… kita harus bisa
saling jaga selamanya…
Ariel:
ia ra, tapi sikap nicko ke kamu itu bisa bikin banyak hal berubah dan gak nyaman…
kau ngertikan nick… sory mungkin aku terlalu emosi, aku Cuma takut ada yang
ngerusak persahabatan kita, apa lagi itu bagian dari kita sendiri…
Nicko:
ooo… jadi aku yang bakal ngancurin itu? Fine… aku salah, tapi apa gak lebih
salah kalau aku bohongin diri aku sendiri
Ariel:
ya… gak semuanya salah, juga gak semuanya benar… neira kan udah kayak saudara kita sendiri… coba
lah kaendalikan perasaan kau sedikit.jangan bodoh, jangan norak.
Nicko
lalu berdiri dan mencengkram kerah ariel.
Nicko:
apa!!! Ok menurut kau itu norak, apa datang-datang langsung mukulin aku itu gak
norak!!!
Ariel
bangkit dan mendorong tubuh nicko.
Ariel:
liatkan ra, siapa yang bakal ngancurin ini semua.
Tak
terima nicko melayangkan pukulannya kewajah ariel. Ariel pun tertunduk dan tampak
mengepalkan tangannya. Neira kemudian berdiri ditengah nicko dan ariel dan
menahan dada ariel.
Neira:
udah… cukup… kalian berdua kayak anak kecil… bukan gini caranya, please udahin
ini semua… aku gak tau cara gimana biar kalian bisa berenti pake emosi…
Nicko:
dia ra, dia yang mulai duluan…
Neira:
udah…udah… cukup… aku gak kuat liat kalian gini terus… hargai aku sebagai
manusia disini…
Ariel
menunjuk-nunjuk kearah nicko.
Ariel:
diamkan mulut kau tu… puas kau sekarang…
Neira
melepaskan tangannya dari dada ariel dan terduduk lemas dibangku tepat ditengah
ariel dan nicko. Kedua tangannya mencengkram kuat pinggir bangku itu, air
matanya lalu menetes.
Neira:
kenapa semua orang yang aku sayang sedikit-sedikit bakal menjauh ddari aku.
Dengan begini terus, bisa dipastikan bakalan bubar semuanya.
Ariel
dan nicko berdiri menatap kearah neira. Ariel duduk disamping niera dan
mengusap bahu neira. Nicko berdiri terpaku memegangi keningnya.
Neira:
mulai dari orang yang Sembilan bulan mengandung aku, dia pergi gak lebih dari
seminggu setelah aku lahir, karena virus yang sekarang juga tumbuh di badan
aku, aku punya aids… aku sakit…
Nicko
yang tertunduk, terperangah mendengar kata-kata neira.
Neira:
devon buang aku kayak sampah, ditambah lagi kalau harus kehilangan kalian, apa
jadinya aku… aku sayang sama kalian berdua… please jangan rusak persahabatan
kita.
Nicko
lalu duduk disisi neira, ia mengambil tangan neira dan memeganginya erat-erat.
Ariel menggeser bahunya dan mengarahkan kepala neira untuk bersandar disana.
▪▪▪
Scene 11
Hari-hari
berlalu setelah banyak kejadian yang menguras tenaga dan pikiran neira. Semakin
banyak waktu yang ia lewatkan untuk menyibukkan diri dengan kameranya. Sejak ariel
dan nicko tahu neira tak sekuat yang mereka lihat selama ini, mereka selalu ada
untuk menjaga neira bersama-sama ataupun bergantian.
Obat-obatan
membuat neira bertahan untuk harapan besar dalan hidupnya. Neira bercermin
memperhatikan leher dan lengannya yang terpengaruh karena konssumsi obat. Ia
menetap juga obat-obatan yang ada ditangannya dan dengan lemas memjatuhkannya
kelantai.
Senja
merah menemani neira yang kembali asik dengan mata ketiganya. Nicko bersamanya
saat ini. Lokasi pembangunan sebuah proyek main stadion menjadi tempat itu.
Lampu-lampu besar yang menerangi pilar-pilar tinggi disana sesekali menyilaukan
pandangan.
Jalan
bertanah liat memaksa mereka berjalan kaki untuk keluar dari area proyek, neira
masih asik dengan kameranya. Cahaya lampu-lampu besar sudah mulai redup pada
jalan keluar itu. Sebauh mobil besar pengangkut material ber-tonase tinggi
memasuki area dengan cahaya lampu yang tajam. Mereka minggir dari badan jalan. Neira tak menyia-nyiakan
moment itu ia sedikit beranjak untuk lehib dekat dengan mobil yang semakin
dekat dengan mereka.
Tiba-tiba
kaki neira terjebak pada tanah liat yang basah itu cukup dalam. Nicko melihat
dari belakang neira cukup kesusahan untuk bergerak. Ia lalu berupaya berlari
mendekati niera. Mobil itu semakin dekat, kini kepalanya telah melewati posisi
neira yang masih berupaya mengangkat kaki. Sementara nicko yang berlari
tergelincir hingga terjerembab, tubuhnya melintang kebadan jalan. Mobil itu
semakin dekat dengan nicko. Saat nicko mencoba bangkit, dan dalam posisi
berlutut sudut depan mobil besar itu menyambar tubuhnya hingga tertental keluar
badan jalan.
Neira
yang baru saja berhasil lepas dari cengkraman tanah liat berbalik dan meliaht
tubuh nicko yang telah tergeletak bersimbah darah. Sekuat tenaga niera berlari
berbalik meuju nicko, baru beberapa langkah ia tersungkur, ia lalu bangkit
kembali dan mandapati nicko yang terbaring lemah. Teriakannya membelah
kegelapan.
Neira:
nickoooooooooooooooooooooo…
Ambulan
melaju kencang dengan lolongan serinai yang memaksa pengguna jalan lain untuk
mengalah.
▪▪▪
Scene 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar