Tugas Dosen
Pembimbing
Study Media
Yasir S.ag M.si
PERKEMBANGAN BUKU SEBAGAI MEDIA
Disusun Oleh:
MURNI SETIO F (0801113443)
JURUSAN ILMU
KOMUNIKASI
KONSENTRASI MANAGEMENT KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010
Bab 1
Pendahuluan
Buku adalah salah satu media penyampai
informasi dalam masyarakat. Banyaknya toko buku yang tersedia akan memunculkan
persaingan yang ketat antar toko buku. Buku ialah alat
komunikasi berjangka waktu panjang dan mungkin sarana komunikasi yang paling
berpengaruh pada perkembangan kebudayaan dan peradaban umat manusia. Di dalam
buku dipusatkan dan dikumpulkan hasil pemikiran dan pengalaman manusia daripada
sarana komunikasi lainnya. Sebagai alat pendidikan, buku berpengaruh pada anak
didik daripada sarana-sarana lainnya (Ensiklopedi Indonesia, hlm. 538-539).
Karena fungsi dan peranannya yang sangat
sentral di dalam mengomunikasikan, mendokumentasikan, serta menyebarluaskan
hasil pemikiran (dan budaya) manusia, buku disebut sebagai inti dan pilar media
cetak. Tidak ada media cetak lain, selain buku, yang begitu lama dan tinggi
kandungan nilai hasil olah pikir dan olah budaya manusia di dalamnya. Itulah
sebabnya, di dalam membuat karya tulis (makalah, skripsi, tesis, disertasi atau
menulis buku), referensi dari buku menjadi sangat tinggi nilai ilmiahnya
dibandingkan sumber dari media cetak lainnya.
Bab 2
Pembahasan
1.1
Buku Pasca Kemerdekaan
Periode setelah kemerdekaan ditandai
dengan penerbitan buku-buku dsalam bahasa Indonesia. Terdapat tren melakukan
cetak ulang buku-buku, di samping menerbitkan buku baru. Hingga tahun 1950,
penerbitan seperti BP masih dominan dan berhasil menerbitkan dan mencetak ulang
128 judul buku dengan tiras 603.000 ekslempar. Pada saat ini pula muncul
karya-karya sastra dari para penulis seperti Idrus dengan “Dari Ave Maria ke
Djalan Lain ke Roma”; Tambera karya Utuy Tatang Sontani; Pramudya Ananta Toer
dengan “Dia Jang Menjerah” dan “Bukan Poasar Malam”; Mochtar Lubis dengan “Si
Djamal”. Selain karya anak negeri, BP juga menghadirkan karya para penulis
dunia seperti Fyodor Dostojevsky, John Steinbeck, Anton Chekov, dan lainnya. Di
masa sekarang, penerbit BP rata-rata memprroduksi buku sebanyak 320 judul
pertahun, dengan porsi terbesar masih buku-buku yang cetak ulang dari
tahun-tahun sebelumnya.
Pasca pengakuan kedaulatan
Indonesia pada tahun 1949, kebutuhan buku-buku sekolah dapat dibeli di pasar,
meskipun banyak dari buku-buku tersebut masih dalam bahasa Belanda. Sejumlah
kecil penerbit nasional mulai muncul dengan menerbitkan buku-buku pelajaran
sekolah, di antaranya adalah Pustaka Antara, Pustaka Rakyat (sekarang Dian
Rakyat), Endang, dan beberapa lagi yang semuanya berpusat di Jakarta. Di
Bandung, ada penerbit Ganaco yang mengambil alih percetakan Nix. Situasi yang
masih sulit dimanfaatkan segolongan anggota masyarakat yang jeli melihat
kesempatan, dengan menstensil buku yang banyak dibutuhkan tetapi kosong di
pasaran. Menyalin buku dengan cara menstensil ini kemudian berkembang dengan
mengkopi buku aslinya berkat teknologi grafika yang semakin canggih dengan
lahirnya mesin cetak offset.
Tahun
1950 lahirlah Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) di Jakarta. IKAPI adalah sebuah
asosiasi penerbit buku nasional yang bertujuan membantu pemerintah dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui buku. IKAPI kini memiliki sekitar 650
anggota di penjuru Nusantara. Di era awal 50-an ini pula sempat populer apa
yang disebut buku roman atau majalah picisan berharga murah, yang kebanyakan
dikeluarkan oleh berbagai penerbitan di Medan, misalnya Tjerdas, Lukisan
Pudjangga, dan lain-lain. Sebagian lagi bertemakan misteri, yang banyak
digemari pembaca.
Dunia
penerbitan buku agak memulih sejak 1973 dengan adanya proyek Buku Inpres, yakni
pengadaan buku bacaan untuk anak sekolah. Untuk buku SD, misalnya, dibeli
pemerintah dari 250 penerbit sekaligus dengan jumlah sekitar 500 judul,
masing-masing 22.000 eksemplar. Jumlah itu ditingkatkan tahun berikutnya di masa
Menteri P dan K, Daoed Joesoef, dengan pesanan masing-masing judul 160.000
eksemplar, merata di seluruh Indonesia. Ketika harga minyak turun drastis,
pembelian buku ikut menurun terus, hingga akhirnya pada tahun 1995-1996 tinggal
17.000 eksemplar setiap judul. Untuk SLTP-SLTA, jumlah yang dipesan lewat
Proyek Inpres jauh lebih sedikit, sekitar 5000-15.000 eksemplar.
1.2
Ekonomi
Buku dan distribusinya di indonesia
Penjualan buku di Indonesia biasanya dilakukan dengan
beberapa cara (Surianto dalam Taryadi, 1999): a) melalui display toko buku; b)
melalui grosir atau distributor (misalnya: buku-buku komik terjemahan asing);
c) penjualan langsung (direct selling); d) online.
Penjualan lewat display dan distributor merupakan cara yang
paling lazim dilakukan di Indonesia. Khusus tentang distributor, kebanyakan
buku-buku komik asing (anak-anak, remaja, ataupun dewasa) menggunakan jalur ini
sebelum sampai ke eceran (toko buku). Misalnya saja, Elex Media Komputindo
menjadi agen/distributor bagi Kodansha Jepang untuk komik-komik asal negeri
Matahari Terbit tersebut. Belakangan, penjualan dengan cara langsung juga
digemari, seperti yang dilakukan pada buku terjemahan Harry Potter oleh
Gramedia, buku “Supernova” oleh manajemen Dewi RSD, dan lain-lain.
Diagram Distribusi Buku di Indonesia (modifikasi dari Teddy Surianto:
“Potret Distribusi Buku di Indonesia” dalam Taryadi/1999)Selama lima belas
tahun terakhir, sirkulasi rata-rata per judul buku di Indonesia ditengarai
terus menurun (Taryadi, 1999). Tahun 2003, IKAPI hanya memproduksi 4000 judul
buku baru, jauh dibandingkan Malaysia 10.0000, Jepang 44.000, Inggris 61.000
judul, dan Amerika 65.000 judul.
1.3
Buku
sebagai media informasi
Ada hal yang menarik ketika
kita bicara informasi, aktualisasi yang kita tangkap dapat berbentuk lisan dan
tulisan. Dan ketika dicermati secara seksama bahwa, pada masyarakat Indonesia
masih menyukai budaya lisan, maka informasi penting yang seharusnya dapat
dibakukan dalam bentuk catatan, aturan dan sejenisnya, masih jauh dari harapan.
Padahal jika kita dapat me-manager informasi dengan baik, salah satunya
dapat berfungsi sebagai acuan pengontrol tingkat perkembangan suatu dimensi
ilmu dan teknologi, yang telah dicapai untuk kehidupan sehari-hari, disamping
memudahkan untuk melakukan tindakan yang berkelanjutan sesuai bidang yang
diembannya. Maka dukungan semua pihak yang didalamnya ada unsur-unsur kelompok
instansi, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan tak ketinggalan kelompok penerbit
dapat memberikan presure kepada individu-individu yang berkompeten
dibidangnya, agar mampu menterjemahkan budaya lisan ke dalam budaya tulis ,
misalnya untuk instansi atau LSM, dapat memulai menghimpun permasalahan/
kejadian pada tugas masing-masing dengan menempatkan dalam suatu database,
sehingga dengan demikian memudahkan dalam penyelesaikan kasus-kasus atau
pertanyaan yang kondisinya sama, selain dapat mengetahui kronologi suatu
kejadian/ kasus yang selalu berulang, kemudian membukukan kegiatan rutinitas
tersebut, dimana pada akhirnya dapat dimanfaatkan secara bersama.
Adapun untuk media penerbitan,
seperti halnya penerbit buku-buku yang telah banyak menerbitkan dan mencetak
buku-buku hasil karya penulis yang di jadikan sebagai media informasi dan
berbagi ilmu
1.4
Pesan
yang disampaikan media buku komik
Model
pembelajaran dengan komik merupakan sejenis alat berpikir untuk memecahkan
masalah kreatif dalam desain komunikasi visual. Dalam pengembangan
kreativitas desainer tidak cuma dituntut terampil mengekspresikan diri, namun
juga dituntut agar mampu mengkomunikasikan gagasan secara lebih jelas,
memudahkan, dan menyenangkan
Dalam sebuah pembelajaran desain komunikasi visual, seseorang belajar
keilmuan desain dengan cara merespon dan memproses bahan ajar. Hasil yang
diharapkan adalah adanya perubahan kemampuan yang lebih meningkat. Melalui
pembelajaran yang cocok dengan karakteristik dan kebutuhan mereka, mahasiswa
desain komunikasi visual akan lebih termotivasi untuk belajar. Seperti halnya
media komik pembelajaran, media ini ternyata bisa menjadi sebuah alat
bantu dalam pendidikan desain karena diduga akan lebih mampu menyampaikan
informasi secara efektif dan efisien karena cocok dengan karakteristik dan
kebutuhan mahasiswa desain komunikasi visual.
Komik merupakan
alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Sebagai sebuah media, pesan yang
disampaikan lewat komik biasanya jelas, runtut, dan menyenangkan. Untuk itu,
media komik berpotensi untuk menjadi sumber belajar. Dalam hal ini, komik
pembelajaran berperanan sebagai alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan
pembelajaran. Jika ditinjau dari aspek fungsi perekayasaan komik pembelajaran,
akan tampak bahwa ternyata sesuatu yang serius dan rumit bisa dibuat secara
lebih gamblang dan menyenangkan. Penggunaan komik seperti ini akan memudahkan
serta memudahkan pebelajar dari kesulitan dalam memahami mata kuliah yang
diberikan oleh dosen. Kondisi ini mestinya mendorong dosen untuk melakukan
inovasi dalam perancangan media pembelajaran; pemecahan masalahnya antara lain
dengan merekacipta media pembelajaran menyenangkan bagi mahasiswanya.
Komik sebagai
media berperan sebagai alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Komik
sebagai media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan
pesan pembelajaran. Dalam konteks ini pembelajaran menunjuk pada sebuah proses
komunikasi antara pebelajar (mahasiswa) dan sumber belajar (dalam hal ini komik
pembelajaran). Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan
pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik. Pesan pembelajaran
yang baik memenuhi beberapa syarat. Pertama, pesan pembelajaran harus
meningkatkan motivasi pebelajar. Pemilihan isi dan gaya penyampaian pesan
mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada pebelajar. Kedua, isi dan gaya
penyampaian pesan juga harus merangsang pebelajar memproses apa yang dipelajari
serta memberikan rangsangan belajar baru. Ketiga, pesan pembelajaran yang baik
akan mengaktifkan pebelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga
mendorong pebelajar untuk melakukan praktik-praktik dengan benar.
1.5
Sifat
buku
macam-macam bentuk buku yang
beredar sebagai pusat komunikasi dan informasi
·
komik
·
novel
·
kumpulan cerpen
·
buku tips
·
buku kamus daerahan dan
lain sebagainya
·
buku anak-anak
·
buku dewasa
·
buku khusus gender
1.6 Buku yang mengandung makna
penulisan dapat sebagai media sharing informasi.
Kita dapat menjadikan buku yang mengandung makna penulisan, yang
berisi informasi penting dan bermanfaat sebagai salah satu media dalam hal sharing
informasi yaitu melalui pembelajaran mandiri, maksudnya adalah melakukan
kegiatan membaca dan menulis merupakan bagian respon atas isi dari suatu
tulisan pada buku yang memuat hasil suatu penulisan, utamanya yang berkait
langsung dan memiliki makna tambah untuk kehidupan sehari-hari yang berkonotasi
positip. Selain itu, pada proses baca/tulis seseorang dapat menjadikan buku
sebagai media kompetisi terhadap kompetitor yang berkecimpung dibidangnya.
Pemikiran ini mungkin akan lebih
komunikatif dan diterima, karena masyarakat Indonesia yang memiliki jumlah
penduduk ± 200 juta pada tahun 2002 ini, dengan kondisi topografi mayoritas
belum terjangkau peralatan teknologi secara penuh, misalnya saja belum adanya
pemancar penguat sinyal penerima informasi baik dari radio ataupun televisi,
juga belum adanya sambungan telpon, listrik disetiap wilayah pada radius
tertentu. Selain itu, hal yang merupakan pokok masalah, masih adanya
keterbatasan dalam sumber dana dan sumber daya manusianya sendiri belum juga
berimbang.
1.7 Buku yang mengandung makna penulisan dapat mengubah pola hidup
Buku
yang mengandung makna penulisan yang bermanfaat dapat meningkatkan/ mengubah
pola kehidupan sehari-hari dengan satu tujuan, untuk dapat membangun dan
memperbaiki keadaan yang terjadi sekarang ini, yaitu, mulai dari diri sendiri
dan keluarga , maka diharapkan secara otomatis budaya pada masyarakat bangsa
dan negara, dapat tercermin dalam bentuk kemampuan pada 3 pilar yaitu daya,
karsa dan cipta, yang diwujudkan sesuai kemampuan pada bidang masing-masing.
Pola mempertahankan visi, ingin selalu menjaga dan membangun adalah merupakan
kerangka berpikir yang seharusnya selalu diturunkan secara kontinuitas dari
generasi ke generasi, sehingga bangsa ini berwawasan terbuka, maju dan
berbudaya, dimana walau dalam ke-Binika Tunggal Ika-annya kita dapat bersatu, meskipun
berbeda pandangan/ ide atau pendapat, karena roh yang dipesankan melalui
penulisan yang bermakna akan memberikan gambaran dan pengembangan proses
berpikir yang obyektif. Disamping fakta telah membuktikan bahwa peran pikir
manuasia menduduki posisi sentral setelah dipadukan dengan nurani , guna
menelusuri pada semua aspek kehidupan mulai dari aspek philosophy-nya
sampai pada peran aplikasi di lapangan. Contoh yang paling mudah digambarkan
disini, jika seseorang menduduki tempat sebagai leader pada suatu
kegiatan wira usaha
Bab 3
Kesimpulan
Dengan
memahami informasi secara benar, dan mengaplikasikan sesuai dengan kemampuan,
maka bangsa dan negara ini akan menjadi makmur dan berkeadilan. Dan yang lebih
penting masyarakat tidak terombang-ambing dan dapat memilah suatu informasi
bernilai membangun atau merusak, sehingga harapannya informasi yang bermakna
akan mengurangi tingkat keserakahan manusia yang masih berkeinginan membangun
suatu komunitas sesuai dengan bidangnya, menjadi lebih berkualitas dan beradab.
Pengemasan buku sebagai media komunikasi tertulis turut membantu daya
komunikaasi setiap individu. Baik itu secara buku komik, novel dan lain
sebagainya dapat di jadikan bahan komunikasi dan pusat informasi.
Bahan Bacaan
Djuroto,
Totok. 2002. Manajemen Penerbitan Pers; PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Media
Scene; P3I; Jakarta 2002
Beberapa
Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia, Penerbit KOMPAS.
Junaedhi,
Kurniawan. 1995. Rahasia Dapur Majalah di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.
337 halaman.
Santana
K, Septiawan. 2003. Jurnalisme Investigasi. Yayasan Obor Indonesia. 357
halaman.
Taryadi,
Alfons. 1999. Buku dalam Indonesia Baru. Yayasan Obor Indonesia. 308 halaman.