Tugas kelompok Dosen
pembimbing:
Ekonomi politik media
Chelsy.Y. M.sos
POLITIK BERMEDIA TELEVISI
Disusun Oleh:
MURNI SETIO. F
MEGA FEBRIANI
DIDI WAHYUDI
FAJRIN ALKOMSA
T.CINTIA DWI.C.Z
RIA WARLESTARI
IBON RUSTOMI
PROGRAM STUDY ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI MANAGEMEN KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2009
POLITIK BERMEDIA TELEVISI
Metro TV VS TV
One
Kasus : munas, lapindo,
pembangunan citra pramunas dan pasca munas golkar
Ada yang menarik berkaitan dengan
diselenggarakannya Munas Golkar di Pekanbaru pada 3 dan 4 oktober yang lalu.
Persaingan panas para calon ketua umum tidak hanya terjadi lewat lobi – lobi ke
pengurus daerah maupun organisasi pendiri partai. Melainkan juga persaingan 2
televisi berita yang sangat berpengaruh bagi pembentukan opini public, Metro TV
dan TVOne. Persaingan keduanya dalam menghasilkan liputan – liputan yang
eksklusif untuk menggaet pemirsa sangat kental. Ketika Metro TV menjelang
pemilu membuat program election channel, TVOne tidak mau kalah dengan membuat
program serupa. Namanyapun tidak lain terjemahan program Metro TV itu, TV
pemilu. Persaingan itu sekarang
meningkat tidak hanya soal memburu berita, Melainkan persaingan kedua pemilik
yang sekarang sedang bertarung untuk memperebutkan kursi yang di tinggalkan
Jusuf Kalla. Ketua Umum Partai GOLKAR! Kita ketehui bersama, Metro TV merupakan
salah satu anak perusahaan yang bernaung di bawah Usaha Media Grub yang
dimiliki oleh Surya Paloh. Sedangkan TVOne adalah salah satu grub usaha Bakrie.
Anak Aburizal Bakrie alias Ical, Anindya Bakri adalah Direktur utama TVOne.
Kedua pemilik media
tersebut memang tidak mengurusi secara langsung urusan redaksional dan siaran
sehari -hari. Namun, akhir – akhir ini sudah tampak perbedaan yang sangat
mencolok dan agak kurang berimbang terkait pelaksanaan Munas.
Metro TV cenderung hanya mengangkat perjalanan Surya Paloh
dan sebaliknya hanya tentang Aburizal Bakrie saja TVOne memberikan porsi
berlebih. Berita penyambutan meriah Surya Paloh di Papua dan dukungan hampir
seluruh DPD tingkat II partai GOLKAR Provinsi Papua diberitakan secara besar –
besaran di Metro TV. Tapi, TVOne sama sekali tidak memberitakannya alias nol.
Bahkan di running text pun tidak muncul.
Malamnya, giliran TVOne dalam Acara Apa Kabar
Indonesia Malam (AKIM) yang menayangkan dialog antara pendukung Ical, Idrus
Marham dengan pendukung Yuddy Chrinandi Zaenal Bintang ditambah M. Chodari dari
Indo barometer. Dan hanya Ical yang dibahas. Survei yang ditayangkanpun hanya
berkaitan dengan peluang Ical tanpa calon lainnya.
Pola yang sama berlanjut
esoknya. Ical yang sadar akan kampanye negatif yang coba dilayangkan kepadanya
berkaitan dengan kasus lumpur sidoarjo tampaknya mencoba meng-counter dengan
memanfaatkan stasiun televisinya sendiri. Dalam acara AKIM juga, tampak usaha
itu sangat jelas. Dengan mengundang Yorrys Raweyai yang tak lain adalah
pendukung Ical, tampak ia diiring opleh pembawa acara untuk membela calon
bosnya itu. Dan tidak seperti model AKIM sebelum – sebelumnya yang mengundang
baik tokoh pro dan kontra, kemarin malam itu tidak lebih hanya klarifikasi kubu
Ical atas kasus lumpur lapindo. Ditambah lagi, adanya korban lumpur yang
diwawancarai langsung dari Surabaya yang justru membela lapindo atas penanganan
terkait ganti rugi selama ini. Sungguh adem ayem tanpa perdebatan seperti
selama ini.
Pada saat bersamaan, Layar
Metro TV menampilkan acara yang juga berkaitan dengan penanganan korban lumpur.
Hanya, bertolak belakang dengan di TVOne, justru korban lumpur merasa lapindo
dan pemerintah mengabaikan mereka. Acara Kick Andy yang seperti biasanya sangat
menyentuh dan inspiratif itu menampilkan perbincangan Andy F.Noya dengan para
korban lumpur ditambah pandangan seorang pengamat. Kebetulan , sang pengamat
itu Thamrin A Tomagola yang dikenal sangat kritis kepada pemerintah. Ia
menyalahkan Pemilik Lapindo atas masih terkatung – katungnya nasib korban yang
belum juga dapat diatasi. “Jika Aburizal menjanjikan dana 1 Triliun bagi GOLKAR,
seharusnya ia bisa melunasi sisa pembayaran yang hanya 1,6 Triliun
itu!”demikian kurang lebih pendapat sosiolog asal Maluku Utara tersebut.
Bukan bermaksud menaruh
curiga pada Kick Andy, kelihatan sekali terdapat muatan politis dalam episode
jum’at malam itu. Sebagai program televisi terbaik versi pemirsa, tentunya
cukup kuat sekali pengaruh acara itu dalam membentuk opini publik. Memang
pemilihan ketum dilakukan oleh pengurus bukan oleh one man one vote oleh
publik. Tapi, GOLKAR tentu tidak ingin suaranya kelak justru berkurang akibat
aksessibilitas yang rendah terhadap ketua umumnya.
Acara Kick Andy di Metro
TV itu sudah langsung “dibalas” oleh TV One dalam acara Republik Mimpi yg
menampilkan kalau tidak salah wakil direktur operasi PT. Lapindo, dan mempromosikan
melalui testimonial2 dari para korban lumpur Lapindo yg telah di berikan rumah
baru dan telah mengalami hidup yg jauh lebih enak di bandingkan bahkan sebelum
semburan lumpur terjadi.
Dan tidak lupa di tekan
kan oleh TV One bahwa PT. Lapindo sudah di SP3 kan dan kejadian lumpur sudah di
umumkan sebagai bencana alam yg berada di luar tanggung jawab PT. Lapindo, tapi
toh Rp. 6 Trilliun sudah dikeluarkan oleh keluarga Bakrie utk membantu para
korban Lapindo, dan di harap kan masih ada 2 T lagi yg akan di keluarkan utk
menuntaskan ganti rugi keluarga lumpur Lapindo yg lain.
Strategi yang digunakan
Kubu Aburizal sendiri tampaknya juga jitu. Mereka menggunakan corong AKIM yang
notabenya program terbaik kedua setelah kick andy yang kebetulan tayangnya hampir
bersamaan untuk membalas “kampanye” negatif kubu lawannya.
Entah ini sehat bagi televisi atau tidak kita
tidak tahu. Mungkin TVOne dan Metro TV diuntungkan karena mereka tidak punya
saingan berarti untuk TV berita. Tapi yg sangat disayangkan adalah media yg
seharusnya independen sudah ter koptasi oleh kepentingan kekuasaan dan uang dan
keduanya Malah “terjebak” dengan cara yang sama melihat persaingan pribadi
kedua owner yang membentuk opini publik. Kita hanya bisa menonton dan tidak
bisa berbuat apa – apa, melihat persaingan politik bermedia dalam kedua kubu
ini yang masing-masing sibuk berlomba-lomba membangun citra diri dan
berlomba-lomba membentuk opini public untuk kepentingan politik individu para
owner kedua stasium televisi ini masing-masing dalam Munas Golkar silam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar