TUGAS KOMUNIKASI PENYULUHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS RIAU
2009
BAB V
KOMUNIKASI PENYULUHAN
DAN
PARTISIPASI MASYARAKAT
5.1
KILAS
BALIK PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG PERTAMA
Sasaran terakhir dari pelaksanaan komunikasi penyuluhan
suatu program inovatif ke dalam masyarakat pedesaan adalah untuk menumbuhkan
peran serta aktif masyarakat pedesaan terhadap pelaksanaan program inovatif
tersebut dalam perilaku masyarakat, dalam melaksanakan pembangunan ekonomi pada
umumnya dan pertanian khususnya.
Komunikasi dikatakan berhasil apabila peran petani di
pedesaan secara aktif ikut ambil bagian untuk melaksanakan, mengembangkan serta
melestarikan program inovatif yang diberikan itu dalam kehidupan mereka setiap
hari sehingga inovasi tersebut benar-benar dapat memperbaiki cara-cara bertani
atau usha di bidang lain. Dengan demikian inovasi ini akan mampu meningkatkan
produksi kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan usaha, serta
meningkatkan kesejahteraan hidup.
Isu sentral dalam pembangunan Indonesia selama PJPT-1 adalah
rendahnya peran serta aktif masyarakat dalam mengaplikasikan setiap program
yang diberikan oleh pemerintah dan atau oleh lembaga non pemerintah. Hal ini
selain disebabkan oleh rendahnya respek dan kualitas masyarakat itu sendiri,
juga disebabkan oleh ketidak-pedulian program yang tidak bersangkutan dengan
masalah serta kondisi social-ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Selain
masalah yang disebutkan di atas, aspek ketidaklancaran pelayanan input-input
penunjang inovasi, lemahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan terutama
dalam melaksanakan inovasi yang diberikan.
Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), sudah
ditegaskan bahwa salah satu tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan peran
serta aktif (partisipasi) masyarakat baik di desa maupun di kota terhadap pembangunan. Untuk merealisir
komtmen tersebut, pemerintah dengan berbagai terobosan mewujudkan amanat GBHN
tersebut. Walaupun demikian, berbagai keluhan di lapangan tentang rendahnya
peran serta aktif masyarakat dalam pembangunan ini masih mewarnai lembaran
pembangunan kita sekarang ini.
Dari fenomena tersebut di atas, lantas kita akan bertanya;
mengapa peran serta aktif masyarakat dalam pembangunan secara paripurna sulit
sekali kita wujudkan?. Bukankah kita memiliki berbagai lembaga yang secara
khusus membimbing, mengarahkan serta memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pembangunan?. Bukankah mereka ini ditugaskan secara khusus untuk
mengkomunikasikan semua atribut pembangunan ke tengah-tengah masyarakat desa
dan kota?
Pada bagian ini, saya mengajak para pembaca untuk melihat
sekilas balik tentang pembangunan yang telah kita laksanakan selama PJPT-1.
dari uraian berikut akan memberikan gambaran lebih jelas pada kita tentang
mengapa peran serta aktif masyarakat itu sangat susah diwujudkan. Uraian ini
sekaligus memberikan gambaran tentang mengapa komunikasi penyuluhan untuk
menyampaikan pesan-pesan pembanguna selama ini lebih banyak yang berorientasi
pada perencanaan dari atas (top down
planning).
Dalam sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya digunakan
dua macam pendekatan, yaitu :
1)
pendekatan CETAK BIRU (blue print approach) dan
2)
pendekatan interactive
or social learning process.
Pendekatan
terakhir ini MICHAEL CERNEA (1984) disebut dengan community based development approach.
Model pertama, yaitu Blue Print
approach adalah suatu metode pendekatan perencanaan pembangunan yang
mengasumsikan atau beranggapan bahwa sekali suatu metode atau mode berjalan dan
berhasil baik di suatu daerah, maka diasumsikan metode tersebut bisa dipakai
secara menyeluruh untuk semua daerah atau wilayah di Negara tersebut. Model ini
diasumsikan cocok untuk diterapkan di tiap daerah tanpa memperhitungkan aspek
social-budaya serta kondisi alam daerah yang bersangkutan.
Model atau metode pendekatan kedua,
lebih dikenal dengan pendekatan pada sumber daya manusia atau people
centered development atau community based development. Model kedua ini
merupakan paradigma baru yang dikembangkan dalam perencanaan pembangunan yang
menekankan aspek peran serta aktif (partisipasi )masyarakat. Partisipasi disini
tidak saja diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat untuk menyumbangkan
tenaga dan material dalam merealisasikan suatu rencana, melainkan lebih luas
lagi yaitu melibatkan masyarakat terutama yang akan memanfaatkan hasil
pembangunan atau program pembangunan di dalam proses perencanaan. Menurut
ROGERS, partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota dalam mengambil suatu
keputusan, termasuk dalam perencanaan. Perencanaan dan implementasi bukanlah
suatu kegiatan yang terpisah. Rencana harus dapat dimodifikasi, direvisi sesuai
temuan di lapangan. Masyarakat dilibatkan sesuai porsinya dalam melakukan suatu
perencanaan, sehingga model ini lebih dikenal pula dengan sebutan interactive
or social learning progress.
Kedua model perencanaan tersebut
memiliki dimensi kepentingan yang sama. Perbedaan dua model ini terletakpada
situasi atau kondisimasyarakat dalam waktu tertentu. Situasi yang kondisional
yang membedakan keduanya, sehingga kita dapat menentukan priroritas model mana
yang kita utamakan di dalam menghadapi situasi yang dihadapi masyarakat dan
Negara pada saat itu.
Bila kita amati setiap program yang
bergulir selama PJPT-1, kita dapat melihat dengan jelas bahwa model pembangunan
yang kita pakai lebih banyak model perencanaan yang pertama, model CETAK BIRU.
Mengapa model ini dipilih oleh
Pemerintah Orde Baru?. Tentu ada latar belakang situasi yang dihadapi oleh
masyarakat Indonesia pada awal pemerintahan Orde Baru. Situasi pada saat
berlangsungnya revolusi fisik, seperti revolusi untuk memperbutkan kemerdekaan
dari tangan penjajah, kemudian revolusi fisik lainnya untuk memperebutkan atau mengubah
ideology Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dikenal dengan Gerakan 30
September 1965 atau G 30 S PKI (Partai Komunis Indonesia), dengan beberapa
rongrongan lainnya, merupakan peristiwa-peristiwa sejarah yang mempunyai andil
cukup besar dalam menciptakan situasi rawan pangan di Indonesia pada tahun
60-an. Dalam pada itu, teori kesohor pertumbuhan produksi makanan dan
pertumbuhan penduduk dari Robert Maltus berjalan normal tanpa pengaruh oleh
situasi dan keadaan yang dihadapi masyarakat dan pemerintah Indonesia pada saat
itu.
Pertumbuhan oenduduk sebelum adanya
program KB hamper tidak bias terkendali. Sementara itu tidak terjadi
peningkatan produksi bahan pangan, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara
persediaan bahan makanan dengan jumlah penduduk pada saat itu.
Situasi dan kondisi pada saat
tersebut di ataslah yang menentukan bangsa Indonesia untuk memilih model
perencanaan pembangunan yang harus diutamakan untuk menghadapi, mengatasi serta
mengantisipasi kerawanan bahan pangan pada saat itu dan di masa yang akan
dating. Akhirnya, pemerintah dengan segala pertimbangan, segala kebijaksanaan
untuk melihat masa depan Negara memilih model perencanaan pembangunan yang
pertama.
Pada tahun 1969, saat dimana kita
memasuki era baru pembangunan bangsa, yaitu era REPELITA 1. Pada saat itu,
pemerintah dengan menggunakan model pertama mencanangkan pencapaian swasembada
pada tahun 1974, karena itu bangsa Indonesia merupakan salah satu pengimpor
beras terbesar di dunia.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut,
pemerintah menempuh berbagai pendekatan dan penelitian yang dapat dijadikan
model teknologi untuk mencapai target. Kerja keras pemerntah akhirnya lahir
berbagai program produktif seperti Panca Usaha, BIMAS, INMAS, INSUS dan
terakhir yang sekarang ini adalah Sipra
INSUS.
Temuan-temuan berbagai teknologi
fisik maupun manajemen tersebut ternyata memang berhasil meningkatkan produksi
beras serta produksi pangan lainnya dan kemudian dikembangkan dan
disebarluaskan ke seluruh penjuru negeri ini. Inilah salah satu bukti
keunggulan pendekatan Blue Approach ini.
Jika dilihat dari aspek pemerataan,
program tersebut hanya dapat dilaksanakan dan dinikmati oleh sebagian rakyat
Indonesia. Maka model penerapan ini dalam wujud oenerapan berebagai paket teknologi tersebut hanya
cocok untuk wilayah yang memiliki potensi persawahan luas serta menjangkau
sebagian besar usaha penduduk suatu daerah. Tetapi yang penting dari semua itu,
adalah bangsa Indonesia harus mampu menciptakan SWASEMBADA beras. Sehingga
model itu diasumsikan cocok untuk diterapkan seluruh Indonesia.akhirnya,
ternyata kita berhasil mencapai swasembada. Walaupun target swasembada pada
tahun 1974 belum tercapai akan tetapi sepuluh tahun kemudian tepatnya tahun
1984 indonesia mewujudkan cita-cita swasembada beras.
Masyarakat dunia kagum dengan
keberhasilan ini dan memberikan penghargaan yang sangat besar atas prestasi in,
sehingga tahun 1985, bapak presiden Soeharto diundang secara khusus oleh PBB
dalam hal ini FAO untuk berpidato di depan peserta siding FAO di Roma, Italia.
Setelah kita mnyaksikan serta
merasakan keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia khususnya pembangunan
pertanian, yang sasaran terbesarnya
adalah masyarakat petani di pedesaan. Lantas kita bertanya, bagaimana dengan
partisipasi disebut juga peran serta aktif positif masyarakat?. Sejauh mana
yang mereka berikan untuk meningkatkan, mempertahankan, serta melestarikan
prestasi tahun 1984 tersebut. Bukankah banyak petani sawah telah menglihkan
pemanfaatan lahannya dari komoditi padi dengan berbagai komoditi perdagangan
yang menggiurkan? Bukankah kita juga menyaksikan adanya petani-petani berdasi
yang memiliki sawah yang luas sementara yang bersangkutan tinggal jauh dari
lingkungan pertanian?. Bukankah kita juga merasakan tumbuh dan berkembangnya
kesenjangan social yang tinggiantara kaum proletariat terhadap kaum priyai?
Bukankah sekarang sering terjadi gagal panen akibat banjir dan kekeringan?.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut
baiknya kita renungkan dalam rangka memikirkan serta menemukan model pendekatan
baru dalam pembangunan yang menjamin kelestarian lingkungan, menjaga
keseimbangan ekosistem benda hidup dan benda mati, lingkungan social maupun
lingkungan fisik. Dan lebih penting lagi adalah bagaiamana menjaga keseimbangan
social yang diakibatkan oleh perasaan cemburu yang tidak menjadi bahaya laten
yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Dengan
demikian memasuki era pembangunan PJPT-2 ini kita akan mampu mengatasi
kekurangan-kekurangan model pendekatan pembangunan PJPT-1 untuk meningkatkan
produktivitas lingkungan,serta meningkatkan peran serta aktif (partisipasi)
untuk memperoleh keuntungan yang merata dari setiap program pembangunan.
Dalam
kaitannya dengan system dan strategi komunikasi penyuluhan inovasi ke dalam
masyarakat Indonesia yang memiliki latar belakang perbedaan yang tinggi, maka
pembangunan otonomi daerah harus pula diikuti dengan kebijaksanaan untuk member
otoritas yang lebih besar kepada peranan daerah untuk mengembangkan potensi
sumber daya alam dan manusia sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah. Dalam
pembangunan pertanian hal ini sangat perlu sebab variasi iklim di Indonesia
antara daerah-daerah KTI (Kawasan Timur Indonesia) sangat tinggi. Dalam pada
itu, variasi iklim, alam, social-ekonomi dan budaya dalam satu wilayah di KTI
juga sangat besar.
Oleh
karena itu, pengembangan penyuluhan inovasi ke dalam masyarakat pedesaan,
khususnya di bidang pembangunan pertanian, haruslah berpedoman pada konsep
pembangunan pertanian yang disebut regional specialization in agricultural
production (spesialisasi daerah produksi pertanian). Konsep ini menggunakan
iklim sebagai factor pembeda spesialisasi. Atau juga menggunakan pendekatan
terakhir yang kini baru dikembangkan di international institute of tropical
agriculture.
Contoh
pengembangan pembangunan pertanian berdasarkan konsep tersebut di atas adalah
program GEMPAR (gerakan meningkatkan pendapatan asli rakyat) di NTT yang
dicetuskan oleh pemerintah daerah NTT semasa kepemimpinan gubernur hendrikus
fernandes. Program ini sangat sesuai dengan keadaan kondisi alam dan masyarakat
NTT sebab:
1)
karena
pendapatan per kapita rakyat NTT tahun 1989 baru mencapai Rp. 255
2)
masih
banyak potensi daerah di NTT yang belum dimanfaatkan secara optimal,terutama
potensi pertanian belum dikembangkan sesuai dengan ekosistem pertanian lahan
kering di NTT.
3)
Sesuai
dengan kondisi riil bio-fisik alam serta sosio dan budaya masyarakat NTT. Operasionalisasi
program ini adalah melalui penanaman seratus juta pohon yang bermanfaat baik
untuk menghasilkan produksi pertanian maupun untuk melestarikan lingkungan di
NTT.
4)
Mix
farming merupakan kekhasan system pertanian sebagian besar rakyat NTT, maka
dalam program ini masyarakat diarahkan untuk mengkombinasikan berbagai usaha
yang mungkin sesuai dengan pengalaman petani sendiri dengan perbaikan efisiensi
usaha.
Sama halnya dengan
berbagai program pembangunan lainnya,program inipun terbentur kepada kendala
lemahnya system dan strategi komunikasi serta lemahnya aparat, belum lagi
ditambah dengan koordinasi yang kurang kondusif menyebabkan program ini belum
keliatan hasilnya, dalam arti belum mampu menciptakan suatu teknologi khas NTT
dan belum semua potensi pertanian dikembangkan secara baik.
5.2
PARTISIPASI DAN PENDEKATAN ARUS BALIK
Saat ini masalah
peran serta aktif (partisipasi) masyarakat dalam pembangunan menjadi topik yang
sangat penting dan menarik. Ketimpangan hasil pembangunan disinyalir bahwa
rendahnya peran serta aktif masyarakat sebagai salah satu factor penyebab.
Mengapa peran aktif
saat ini menjadi semakin penting tatkala kita memasuki era pembangunan Jangka
Panjang Tahap ke-2? Beberapa alasan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
1)
Kita
sedang berada dalam masa transisi dlam pembangunan,antara era pertanian dan era
industrialisasi baik di bidang pertanian maupun di bidang non pertanian.
2)
Terciptanya
keterbukaan dan demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Negara
kita saat ini.
3)
Pengaruh
globalisasi yang sangat kuat dalam peri kehidupan rakyat dan bangasa Indonesia.
4)
Sebanyak
27 juta rakyat Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan.
5)
Berkembangnya
etos kerja yang negatif.
6)
Serta
berbagai masalah social yang masih mewarnai kehidupan.
Memasuki PJPT-2 ini
sebenarnya kita memiliki banyak peluang untuk mewujudkan serta meningkatkan peran
serta aktif masyarakat Indonesia dalam pembangunan. Misalnya:
1)
Arah GBHN
tahun 1993 serta konsep pembanguna era PJPT-2 ini dipprioritaskan pada
peningkatan peranan daerah untuk mencapat otonomi daerah yang mantap.
2)
Peningkatan
kualitas manusia merupakan aspek prioritas dalam pembangunan saat ini dan di
masa yang akan datang.
Bagaimana usaha kita
untuk mewujudkan peran serta aktif masyarakat dalam pembangunan? Pertama yang
harus kita lakukan adalah yaitu melihat kilas balik yaitu refleksi dan
instropeksi setiap program pembangunan atau setiap paket teknologi yang telah
dilaksanakan selama PJPT-1. Kedua, kita juga harus memberikan definisi yang
jelas apa itu peran aktif (partisipasi) masyarakat, bagaimana caranya serta
bagaimana langkah operasional untuk mewujudkan serta mengembangkan peran aktif
masyarakat dalam melaksanakan,mengawasi, menjaga, melestarikan serta menikmati
pembangunan beserta hasil-hasilnya.
Pendekatan ini sudah
mulai dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat saat ini, yang diwujudkan dalam
pelaksanaan Inpres Desa Tertinggal (IDT) dalam mengentaskan kemiskinan di
negeri ini.
Menurut M. ROGERS,
partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota system social dalam proses
pengambilan keputusan. Akan tetapi pengertianya lebih luas dari itu yaitu
meliputi proses perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi serta
menikmati hasil pembangunan itu sendiri.
5.2.1
Proses Partisipasi
Berdasarkan
pengertian yang dikemukakan oleh ROGERS di atas, kita dapat menelaah peran
serta aktif (partisipasi) setahap demi setahap. Sesuai dengan pengalaman
penulis dalam mengikuti berbagai program pembangunan, khususnya yang
dikembangkan oleh LSM dapat dirumuskan proses peran serta aktif masyarakat.
Berbagai LSM atau
LPSM yang bekerja di wilayah Nusa
Tenggara, telah mencoba melaksanakan setiap program ke dalam masyarakat
pedesaan terlebih dahulu menggunakan analisis peran serta aktif masyarakat ini.
Akan tetapi tidak semua program yang dikembangkan yang didahului oleh analisis
peran serta aktif masyarakat ini berhasil dengan baik. Masih banyak program
pembangunan yang gagal walaupun didahului dengan analisis untuk mengembangkan
peran serta aktif masyarakat. Factor terakhir terletak dari kondisi social
masyarakat setempat serta motivasi dalam diri anggota masyarakat untuk
memanfaatkan program inovatif tersebut demi kepentingan peningkatan pendapatan
serta kesejahteraan mereka sendiri.
PAUL KERKHOUF (1990)
juga memberikan penegasan bahwa tidak semua program yang dikembangkan oleh LSM
itu berhasil dengan baik, demikianpun sebaliknya bahwa tidak semua program yang
dikembangkan pemerintah itu tidak baik. Baik dan tidaknya suatu program
inovatif bergantung sampai sejauh mana program tersebut dapat memberikan nilai
tambah baik dalam kesejahteraan maupun dalam hal meningkatkan peran serta aktif
masyarakat. Sehingga PAUL KERKHOF seorang ahli AGROFORESTRY yang bekerja
bertahun-tahun di AFRIKA, mengusulkan untuk menjalin kerja sama antara
pemerintah dan lembaga swasta yaitu semacam LINKAGE atau titik temu antara
program yang diberikan oleh pemerintah dengan program yang diberikan oleh
LSM-LSM. Dengan cara menggabungkan kelebihan-kelebihan pendekatan program serta
mengeliminir masing-masing kelemahan sehingga membentuk suatu system pendekatan
yang optimal.
Dalam berbagai program
pembangunan para praktisi pembangunan pun melakukan persiapan social agar
program-program tersebut benar-benar menyentuh kepentingan, kebutuhan, dan
masalah masyarakat melalui pelaksanaan tahap-tahap peran serta aktif
masyarakat, dengan tujuan yaitu untuk meningkatkan tingkat pendapatan
masyarakat. Persiapan social ini dimaksud agar setiap paket pembangunan dapat
dikomunikasikan secara efektif dan efisien.
Analisis
proses partisipasi atau peran serta aktif masyarakat ini menjadi sangat penting
karena demikianlah usaha komunikasi program pembangunan ke dalam masyarakat
akan memperoleh hasil yang maksimal. Selain itu, analisis ini sangat urgen,
apalagi dalam era demokrasi, karena berbagai aspek terkait dengan partisipasi
ini dapat terekam serta dapat mengembangkan program yang mengutamakan pada
tujuan terciptanya peran serta aktif (partisipasi) positif masyarakat dalam
pembangunan.
Analisis
yang dimaksud meliputi empat tahap yang meliputi:
1)
Tahap
penumbuhan ide untuk membangun dan perencanaan,
2)
Tahap pengambilan
keputusan,
3)
Tahap
pelaksanaan dan evaluasi,
4)
Tahap
pembagian keuntungan ekonomis atau benefit ceries;
1)
Tahap
pertama: tahap penumbuhan ide atau gagasan dan perencanaan progam.
2)
Tahap
kedua: tahap pengambilan keputusan. Landasan filosofi dalam tahap ini adalah
bahwa setiap orang akan merasa dihargai jika mereka dihargai jika mereka diajak
untuk berkompromi, memberikan pemikiran-pemikiran dalam membuat keputusan untuk
membangun diri, keluarga, daerah, bangsa dan negaranya.
3)
Tahap
ketiga: tahap pelaksanaan dan evaluasi. Untuk mewujudkan kondisi masyarakatagar
berpartisipasi di dalam melaksanakan setiap paket program pembangunan yang
telah dikomunikasikan ke dalam masyarakat yang bersangkutan, masyarakat harus
dilibatkan kedalam pelaksanaan program pembangunan.
4)
Tahap
keempat: tahap pembagian keuntungan ekonomis. Tahap ini ditekankan pada
pemanfaatan program pembangunan yang diberikan secara merata kepada seluruh
anggota masyarakat dalam desa atau wilayah yang bersangkutan.
5.2.2
PENDEKATAN ARUS BALIK
Jika kita melihat system
pembangunan yang dilaksanakan dengan pendekatan blue print approach selama
PJPT-1, terasa amatlah sulit untuk mewujudkan peran aktif masyarakat seperti
yang digambarakan tadi, karena pendekatan tersebut sering mengabaikan kondisi social
budaya serta alam masyarakat setempat.
Kurang menyentuh
kepentingan, kebutuhan dan masalah yang dihadapi masyarakat. Peran serta aktif
masyarakat akan tumbuh dan berkembang dengan baik jika secara numeric memenuhi
fungsi hipotesis sebagai berikut : P(p) = f(k, m, u, bc, mi, tj). Di mana; K=
kebutuhan , M= masalah, Tj=tanggung jawab. Unsure-unsur ini bekerja dalam suatu
system. Rasa memiliki dan tanggung jawab merupakan produk dari kebutuhan,
masalah, urgenitas serta kemerataan keuntungan.
Untuk mewujudkan hal
tersebut di atas, maka arah pembangunan dalam PJPT-2 ini harus dibalik yaitu
dari berorientasi pesan kepada pendekatan arus balik yang dimaksudkan disini
adalah pelaksanaan setiap program pembangunan yang dikomunikasikan kepada
masyarakat didasarkan kepada analisis yang cermat dan mendalam tentang kondisi social-budaya
dan alam serta analisis cermat terhadap masalah, kebutuhan, urgenitas, benefit
ceries sehingga tumbuh rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan setiap program pembangunan.
Beberapa keuntungan
dengan menggunakan pendekatan arus balik ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1)
Program
yang diberikan yang didasarkan pada analisis situasi ril akan lebih mudah
mengoptimalisasikan potensi sumberdaya alam manusia yang kita miliki.
2)
Pemerintah
ataupun organisasi non pemerintah melalui agen pembangunan di masyarakat desa
dapat merencanakan pembangunan bersama masyarakat, menguntungkan sesuatu,
melaksanakan sesuatu yang berdasarkan tuntutan masalah dan kebutuhan masyarakat
yang sangat mendesak pada saat itu.
3)
Agen
pembangunan bersama masyarakat dapat mempelajari secara bersama-sama cara untuk
menggali kebutuhan, masalah di dalam masyarakat pada saat itu, serta mampu
mrnentukan program awal.
4)
Pemberian
atau komunikasi setiap program ke dalam alam pemikiran serta situasi masyarakat
sekitar dapat didahului oleh persiapan social bagi masyarakat penerima program.
5)
Impian
bottom up planning yang selama ini kita dambakan secara perlahan akan menjadi
suatu kenyataan, karena pendekatan ini akan menitik-beratkan pada pendekatan
kemayarakatan.
6)
Dengan
pendekatan arus balik ini masyarakat akan merasa setiap program yang diberikan
oleh komunkator atau pendamping peogram IDT, akan benar-benar bermanfaat bagi
kepentingan hidup masyarakat itu sendiri karena secara langsung menyentuh
kepentingan mereka yang hakiki.
7)
Terjalinnya
mekanisme kerja sama saling percaya dan saling mendukung antara para petugas di
lapangan bersama aparat pemerintah desa, tokoh masyarakat lainnya serta
masyarakat secara menyeluruh.
Dalam realitas
pembangunan bangsa Indonesia saat ini, pendekatan seperti yang diuraikan di
atas telah mulai dikembangkan melalui program IDT. Bentuk usaha sebagai
perwujudan dari program ini, dimana para petani diberik kesempatan seluas-luasnya
untuk menentukan bentuk dan jenis-jenis usaha yang sesuai dengan potensi yang
dimilikinya serta sesuai dengan masalah dan kebutuhan para petani sendiri.
5.2.3
KOORDINASI PARTISIPASI
Paling sedikit enam
prakondisi yang harus dipenuhi dalam menggunakan pembangunan arus balik ini,
yaitu:
1)
Meningkatkan
mutu pengawasan, baik secara horinzonal maupun vertical, secara langsung maupun
tidak langsung.
2)
Mewujudkan
pola kerja KISS (koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi =
kesederhanaan) yang mantab, sehingga tidak terjadi keangkuhan sektoral
sebagaimana yang pernah disinyalir oleh bapak Try Sutrisno.
3)
Kendalan
kemampuan petugas lapangan, para komunikator harus ditingkatkan.
4)
Perlu
perbaikan aspek eksternal bagi para komunikator, untuk memotivasi para petgas
tersebut agar mereka bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab serta mampu
meningkatkan produktivitas mereka dalam berkarya.
5)
Parisipasi
yang dituntut bukan saja dari masyarakat umum penerimaan program pembangunan,
akan tetapi partisipasi ini juga harus tumbuh dalam kalangan atas serta petugas
lapangan itu sendiri.
6)
Kita
dituntut untuk saling menolong, saling melengkapi dalam melaksanakan tugas di
lapangan sehingga mampu menciptakan pola kerja yang berdaya dan berhasil guna
dalam menumbuhkan partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan
pedesaan.
5.2.4 MEN-DESA-KAN LOKAKARYA
Lokakarya
merupakan forum ilmiah yang membahas berbagai pengalaman lapangan dengan kajian
secara ilmiah untuk mencari jalan pemecahan terhadap berbagai persoalan yang
sedang berkembang serta yang dihadapi oleh para petugas dan atau para petani di
lapangan.
Selama
ini kita melaksanakan lokakarya di kota-kota untuk membahas berbagai
kepentingan masyarakat pedesaan. Para peserta disominasi orang-orang kota yang
sebagian besar tidak pernah tahu soal-soal kedesaan, sehingga sampai saat ini
masih sangat sedikit hasil lokakarya tersebut dimanfaatkan untuk pengembangan
pembangunan ataupun dipublikasikan.
Kita
menyadari bahwa keadaan masyarakat desa memiliki berbagai keterbatasan,
sehingga lembaga-lembaga yang diharapkan berbagai pemacu partisipasi masyarakat
dalam pembangunan seperti LKMD, LMD, belum dapat berfungsi sebagai mana yang
diharapkan. Untuk mengatasi hal tersebut di atas, maka keterampilan masyarakat,
wawasan serta pengetahuan dan kemampuan masyarakat harus ditingkatkan untuk
dapat menggali berbagai informasi yang bertumbuh dan berkembang dalam
masyarakat sendiri maupun berbagai informasi dari luar, kebutuhan serta masalah
mereka sendiri. Dengan demikian, pemikiran untuk mengembangkan kegiatan
lokakarya di desa dalam era demokratisasi dan globalisasi dalam PJPT-2 sekarang
ini, merupakan alternative yang sangat baik dalam konteks peningkatan peran
serta aktif masyarakat desa serta peningkatan peran serta aktif manusia secara
menyeluruh.
Gagasan
untuk mengembangkan kegiatan lokakarya di desa ini, memiliki keuntungan
sedikitnya 9 hal, yaitu:
1)
Menghemat
biaya. Biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan lokakarya di desa, terutama
untuk membeli barang-barang kebutuhan konsumsi dan lainnya akan lebih murah
jika dibandingkan dengan biaya pelaksanaan lokakarya di kota.
2)
Akan
sangat menunjang program peningkatan sumberdaya manusia di pedesaan.
3)
Melatih
para peserta atau petugas lainnya untuk lebih mengenal, mencintai desa
sekaligus dapat membina etos kerja.
4)
Dapat
mewujudkan rasa percaya diri masyarakat desa serta secara perlahan membuka
isolasi berpikir masyarakat desa terhadap hal-hal yang datang dari luar
lingkungan mereka.
5)
Akan lebih
banyak melibatkan peserta dari desa tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan.
6)
Materi
yang dibahas serta studi lapangan langsung mengenai masalah serta kebutuhan
masyarakat desa pada saat itu.
7)
Pengamalan
petani di lapangan serta berbagai kendala yang dihadapi petani dapat secara
langsung dibahas atau ditelaah secara ilmiah oleh para instruktur.
8)
Karena
lokakarya ini dilakukan di desa, maka makanan khas daerah atau di desa tersebut
dapat dihidangkan sebagai makanan tambahan bagi para peserta. Hal ini berarti
mendukung program pengembangan diverifikasikan bahan pangan non-beras.
9)
Sesuai
dengan motto dunia penyuluhan pertanian, yaitu go to the people, live, learn and love them. Start and built with what
they know and they have.
5.3 POLA PERAN SERTA AKTIF MASYARAKAT
PEDESAAN
Dalam
perkembangannya, partisipasi terbagi ke dalam dua pola, yaitu pola partisipasi
secara individu dan pola partisipasi secara kelompok. Seorang yang inovatif dan
aktif dalam setiap kegiatan pembangunan akan sangat membantu dirinya beserta
keluarganya untuk meningkatkan taraf hidup secara ekonomis maupun spiritual. Tetapi
sebagai mahluk social maka pola individu harus dikembangkan kepada anggota yang
lain sehingga tercipta pola partisipasi secara berkelompok atau secara
menyeluruh.
Perkembangan
kehidupan masyarakat saat ini yang berada dalam era globalisasi, demokrasi dan
keterbukaan membuka peluang sangat besar untuk saling bersaing dalam
partisipasi untuk melaksanakan pembangunan. Kondisi ini, bagi para petani yang
memiliki berbagai keterbatasan akan selalu terjepit di antara kaum elit di
desa. Hal ini sangat tidak menguntungkan bagi peningkatan produksi serta
kesejahteraan para petani dan keluarganya. Karena petani yang memiliki modal
besar akan memiliki peluang yang lebih leluasa dibandingkan para petani kecil
dalam melaksanakan pembangunan.
Berbagai
pendekatan program pembangunan ini lebih banyak menggunakan pendekatan
kelompok. Oleh karena itu pola partisipasi juga harus dilihat secara
berkelompok. Suatu kelompok memiliki elemen-elemen kelompok yang bekerja dalam
suatu system menimbulkan suatu dinamika, yaitu kekuatan-kekuatan dalam
kelompok. Dinamika kelompok akan membentuk karakteristik bersikap dan bertindak
sehingga mewujudkan suatu kemampuan anggota secara berkelompok untuk
berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan pembangunan.
Dudung
(1985), menggunakan istilah pola partisipasi kelompok dalam penelitiannya
karena:
1)
Tanggapan
yang diantisipasikan adalah respon dalam ikatan kelompok, bukan hanya individu
anggota kelompok secara sendiri-sendiri;
2)
Tindakan
yang diharapkan adalah hasil dari proses pengambilan keputusan oleh kelompok;
3)
Bekerjanya
social control dalam kelompok; dan
4)
Sesuai
dengan kebutuhan strategi pembangunan.
Selanjutnya hasil
penelitian disertai Dudung membuktikan bahwa partisipasi petani di dalam
kelompok dipengaruhi oleh factor-faktor sebagai berikut:
1)
Manfaat
rencana kerja kelompok;
2)
Pengakuan
kelompok terhadap karya anggota;
3)
Kebenaran
norma yang dijadikan alat ukur;
4)
Kemampuan
kelompok inti dalam kelompok khusus untuk meyelesaikan masalah;
5)
Manfaat
informasi yang diterima
6)
Kepentingan
kelompok inti;
7)
Kejujuran
kelompok inti;
8)
Pengakuan
dan dukungan sesame anggota;
9)
Keuntungan
ekonomis yang didapat;
10) Kelancaran pelayanan sarana.
Dalam mengembangkan
partisipasi anggota secara berkelompok perlu menggunakan pendekatan PAM yang dikembangkan oleh Prof. S. Chamala,
untuk pengembangan Group Skill Management for Land Care.
Model ini
dikembangakan atas pertimbangan:
1)
Bahwa
tujuan pembangunan adalah meningkatkan kemampuan anggota masyarakat local
khususnya dalam masyarakat umum;
2)
Dalam alam
demokrasi sekarang ini, masyarakat memiliki hak dan tanggung jawab di dalam
pembangunan untuk menentukan masa depannya sendiri, akan tetapi mereka tidak
mengetahui mekanisme serta kemampuannya untuk berpartisipasi di dalam
pembangunan dalam alam demokrasi ini;
3)
Melalui
PAM ini masyarakat dapat menciptakan struktur untuk membangun kelompok meupun
perorangan yang memungkinkan mereka dapat berperan aktif dalam berbagai
tingkatan terutama dalam konservasi lahan dan air;
4)
PAM ini
dibutuhkan karena;
a)
Pembangunan
pedesaan sekarang ini semakin kompleks;
b)
Pemerintah
memiliki keterbatasan dalam hal sumberdaya;
c)
The expert
system membutuhkan pengetahuan masyarakat yang sebenarnya tersedia pada
masyarakat biasa atau grass roots.
5.4 KOMUNIKASI PROGRAM INOVATIF DAN DINAMIKA
KELOMPOK
Dalam
masyarakat kita dapat dijumpai berbagai jenis kelompok masyarakat, baik yang
tumbuh atas prakarsa mandiri masyarakat maupun kelompok yang sengaja dibentuk
oleh pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat dan LPSM. Jenis kelompok kedua
dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan keinginan lembaga
pemberi program.
Jika
kita cermati sedikitnya ada dua pertimbangan utama mengapa kelompok-kelompok
tersebut perlu dibentuk. Pertama; pertimbangan internal sasaran. Kedua;
pertimbangan eksternal sasaran. Pada hakikatnya semua kegiatan pembangunan
memiliki empat masalah utama yang dihadapi oleh setiap pemberi program, yaitu
uang, tenaga, waktu dan luasnya wilayah pelayanan.
Dengan
pembentukan kelompok diharapkan mampu mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang
dihadapi oleh para petani sekaligus mampu membantu para petugas atau lembaga
pemberi program untuk meningktkan efektivitas serta efisien kegiatan dalam
kurun waktu, dana dan tenaga yang tersedia. Dengan kata lain, pembentukan
kelompok akan mampu mengoptimalisasikan kerja para petugas di lapangan dan juga
modal-modal masyarakat desa. Karena itulah pendekatan kelompok merupakan suatu
pendekatan yang sangat efektif dan menjadi model dalam pelaksanaan pembangunan
di Indonesia saat ini.
Masalah
kedinamisan suatu kelompok sangatlah penting sebab keadaan tersebut dapat
menjamin keberhasilan kelompok kerja secara efektif untuk mencapai tujuan
masing-masing kelompok maupun masing-masing anggota.
Masalah
kedinamisan serta efektivitas kerja kelompok dalam kaitannya dengan proses
komunikasi suatu program inovatif ke dalam suatu system social, khususnya ke
dalam kelompok masyarakat sebagai mana yang kita lakukan dalam program IDT saat
ini mengandung dua masalah utama, yaitu:
1)
Aspek
organisatoris dalam kelompok
Seorang petugas
lapangan, seperti PPL, komunikator, motivator, atau pendamping IDT harus
mengatur suatu strategi komunikasi yang efisien dan efektif di dalam kelompok
agar tiap kelompok memiliki dinamika
positif dalam mengejar tujuan masing-masing kelompok secara efektif.
2)
Aspek
manajemen pelaksanaan program
Dalam mengatur
perkenalan suatu program inovatif maupun penerapannya, membutuhkan kemampuan
komunikasi inter-personal yang mantap. Sebab dalam tahap ini seorang petugas
akan berhadapan dengan banyak masalah yang harus ditengahi, seperti menentukan
waktu, menentukan anggaran dll.
DIMENSI
DINAMIKA KELOMPOK
Dalam
kehidupan berkelompok seperti ini aspek komunikasi sangat dominan peranannya. Komunikasi
yang efektif selain memberikan informasi ke dalam kelompok tentang suatu
program secara efektif, juga dapat meredam kesimpang-siuran informasi yang
berakibat pada keretakan hubungan antara sesama anggota di dalam kelompok.
Secara
sosiologis, Gillin dan Gillin (1954) menyebutkan bahwa di dalam interaksi akan
terjadi dua bentuk interaksi social, yakni proses asosiasi dan proses
disosiasi.
Asosiasi ini dapat berbentuk:
1)
Kerja
sama,
2)
Gotong
royong, dan
3)
Asimilasi
Sedangkan proses disosiasi dapat berbentuk:
1)
Persaingan,
2)
Kontravensi,
dan
3)
Konflik.
BENTUK
ASOSIASI
Bentuk asosiasi di dalam suatu kelompok social dapat dibedakan menjadi:
a)
Kerja
sama; yaitu bentuk aktivitas para anggota di dalam suatu kelompok secara
bersama yang didasari oleh kesamaan presepsi tentang sesuatu hal, kesamaan
pandangan, kesamaan kepentingan, kesamaan kebutuhan dan masalah, kesamaan
tujuan, kesamaan merasa senasib dan sependeritaan.
b)
Akomodasi;
para sosiolog melihat dua aspek dalam akomodasi ini, yakni aspek keadaan dan
aspek proses.
c)
Asimilasi;
para sosiolog memberikan batasan antara asimilasi, integrasi dan akulturasi.
BENTUK
DISOSIASI
Bentuk
disosiasi di dalam suatu kelompok dapat dibedakan menjadi:
a)
Persaingan;
para anggota kelompok di dalam interaksinya selalu terjadi aktivitas untuk
menarik perhatian umum atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
menggunakan kekerasan maupun ancaman.
b)
Kontravensial;
bentuk ini merupakan transisi antara persaingan dan konflik. Di dalam
masyarakat atau kelompok kita akan melihat selalu terjadi kontrovensial ini seperti:
1)
Penolakan,
keengganan, protes serta perbuatan yang mengacau pihak lawan.
2)
Menyangkal
pernyataan anggota lain atau para pengurus di muka umum, mencerca, selebaran
dan lain-lain.
3)
Yang lebih
kuat berupa penghasutan.
4)
Menfitnah,
seperti mengemukakan rahasia pihak lawan atau khianat.
5)
Bersifat
taktis.
c)
Konflik,
yaitu pertentangan atau pertikaian. Akibat dari konflik tersebut adalah:
1)
Bertambahnya
solidaritas dan rasa kesatuan dari kelompok tersebut
2)
Akan
terjadi keretakan suatu kelompok dan membentuk kelompok lain yang lebih kecil
dan saling tidak berhubungan
3)
Perubahan
kepribadian dari orang-orang sehingga akan tetap bertahan pada kepribadiannya
sendiri ada juga yang berubah
4)
Hancurnya
harta benda dan korban jiwa manusia
Yenkins (1961) yang
dikutip Suyatna (1982) mengemukakan bahwa dinamika kelompok adalah
kekuatan-kekuatan di dalam suatu kelompok yang menentukan perilaku kelompok dan
perilaku para anggota kelompok untuk mencapai tujuan kelompok.
Margono (1978)
dengan menggunakan pendekatan psikologis menyebutkan bahwa tingkat kedinamisan
suatu kelompok bergantukng pada 8 faktor, yakni:
1)
Tujuab
kelompok
2)
Struktur
kelompok
3)
Fungsi
tugas
4)
Pembinaan
kelompok
5)
Kesatuan
kelompok
6)
Suasana
kelompok
7)
Tekanan
pada kelompok
8)
Efektivitas
kelompok
Masing-masing
faaktor tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1)
Tujuan
kelompok; tujuan kelompok yang ditetapkan haruslah dilihat daripada tujuan
masing-masing anggota dalam kelompok yang bersangkutan. Hubungan antara tujuan
kelompok dan tujuan anggota sebagai individu berupa:
a)
Sepenuhnya
bertentangan
b)
Sebagai
bertentangan
c)
Netral
d)
Searah
e)
Identik
2)
Struktur
kelompok; struktur kelompok yakni bagaimana kelompok tersebut mengatur dirinya
sendiri dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Hal yang harus diperhatikan
dalam kelompok dalam kaitannya dengan struktur kelompok adalah:
a)
Struktur
kekuasaan dan pengambilan pekerjaan
b)
Struktur
tugas dan pembagian pekerjaan
c)
Struktur
yaitu aliran-aliran komunikasi yang terjadi di dalam kelompok
3)
Fungsi
tugas; yakni apa yang seharusnya dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai
tujuannya. Setiap kelompok harus melaksanakan usaha-usaha tertentu untuk
mencapai keadaan-keadaan sebagai berikut:
1)
Adanya
keputusan di kalangan para anggota karena tercapainya tujuan kelompok dan
tujuan pribadi
2)
Para
anggota selalu mendapatkan informasi baru sehingga mereka selalu dapat
meningkatnkan tujuan yang ingin dicapainya dan juga dan juga dapat meningkatkan
keterampilan serta metode untuk mencapai tujuan
3)
Kesimpangsiuran
dapat dicegah karena adanya koordinasi yang baik
4)
Para
anggota selalu bergairah untuk berpartisipasi karena selalu ada motivasi
5)
Komunikasi
di dalam kelompok berjalan baik dan lancer
6)
Kelompok
terutama pengurus dapat menjelaskan hal-hal tertentu kepada anggotanya, jika
anggota menghadapi situasi yang membingungkan
4)
Pembinaan
kelompok, yaitu; suatu usaha untuk menjaga kehidupan kelompok. Oleh karena itu
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)
Mengusahakan
adanya kegiatan-kegiatan yang melibatkan seluruh anggota kelompok
b)
Menyediakan
fasilitas yang diperlukan
c)
Melakukan
koordinasi, pengawasan, serta menjaga lancarnya suasana komunikasi di dalam
kelompok yang merupakan bagian yang sangat penting daripada kegiatan pembinaan
kelompok
d)
Pendataan
anggota. Hal ini sangatlah penting karena biasanya anggota di dalam suatu
kelompok berpindah usaha dari satu desa ke desa yang lain.
5)
Kesatuan
kelompok; disebut juga kekompakan kelompok, yakni adanya rasa ketertarikan yang
kuat di antara anggota terhadap kelompok. Kesatuan kelompok ditentukan oleh:
a)
Kepemimpinan
dan keanggotaan.
b)
Pandangan
anggota terhadap nilai-nilai yang melekat pada tujuan yang dikejar kelompok.
c)
Homogenitas,
integritas dan kerja sama.
6)
Suasana
kelompok atau atmosfir, yakni keadaan moral, sikap dan perasaan-perasaan yang
umum terdapat di dalam kehidupan kelompok. Suasana kelompok ini dipengaruhi
oleh hal-hal sebagai berikut:
a)
Hubungan
antara para anggotanya.
b)
Kebebasan
anggota untuk berpartisipasi, apakah ada suasana bebas atau semuanya serba
diawasi atau dikekang.
c)
Ketersediaan
lingkungan fisik yang menunjang kehidupan kelompok.
7)
Tekanan
kelompok, yakni segala sesuatu yang dapat menimbulkan ketegangan dalam
kelompok. Tekanan itu dapat berasal dari dalam kelompok, dapat juga berasal
dari luar kelompok. Factor-faktor yang mempengaruhi ketegangan antara lain:
a)
Adanya
tuntutan-tuntutan atau keinginan dari para anggota dapat menimbulkan
ketegangan, yang dapat meningkatkan, mengurangi atau mematikan kedinamisan
kelompok.
b)
Adanya system
penghargaan dan penghukuman di dalam kelompok
c)
Tekanan
yang berasal dari luar kelompok, juga berpengaruh terhadap kedinamisan
kelompok.
8)
Efektivitas
kelompok. Efektivitas kelompok mempunyai pengaruh timbale balik dengan kedinamisan kelompok. Kelompok yang
efektif akan meningkatkan atau mempertahankan kedinamisan kelompok, kelompok
yang dinamis akan meningkatkan atau mempertahankan kedinamisan kelompok,
kelompok yang dinamis akan meningkatkan efektifitas kelompok.
Hasil penelitian
yang dilakukan penulis pada kelompok petani keci; ‘maju terus ’ di desa tarus
kecamatan kupang tengah kabupaten kupang tahun 1990 dengan pendekatan tersebut
di atas menunjukan bahwa kelompok tersebut berdinamika tinggi. Namun bila
dilihat beberapa unsur yang harus mendapat perhatian secara serius dalam
pembinaan kelompok di masa yang akan diperoleh adalah:
1)
Unsur
struktur kelompok
2)
Unsur
fungsi tugas
3)
Unsur
pembinaan kelompok
4)
Unsur
suasana kelompok
5)
Unsur
tekanan kelompok
Namun perlu juga
diperhatikan factor kegairahan para anggota dalam kelompok untuk mendinamiskan
kehidupan kelompok. Hasil penelitian Dudung pada kelompok petani sawah di jawa
barat tahun 1985 menyebutkan bahwa factor yang berpengaruh terhadap kegairahan
kerja petani dalam kelompok adalah citra mereka tentang dukungan dan pengakuan
yang didapatkannya dari para tokoh acuan sebagai berikut:
1)
Sesame
anggota kelompok inti
2)
Anggota
kelompok tani
3)
Kepala
desa dan pamong desa lainnya
4)
PPL
5)
Petugas
BRI unit Desa
6)
Pengecer
saprodi-kios
7)
Alim ulama
5.5 STRATEGI PRAKTIS MELAKUKAN PERSIAPAN
SOSIAL MASYARAKAT
Berdasarkan pengalaman para petugas
lapangan LSM/LPSM, maka dalam melakukan persiapan social pada masyarakat
sebelum mereka menerima suatu program inovatif, dapat dibagi ke dalam dua
tahap, yaitu:
Tahap pertama yaitu persiapan:
Tahap
ini merupakan upaya untuk menciptakan iklim prakondisi yang kondusif. U ntuk
mencapainya maka hal-hal yang dilakukan dalam mekanisme persiapan social ini
adalah sebagai berikut:
1)
Minta
dukungan dan pendapat masyarakat terutama kaum elit desa sebelum musyawarah
dimulai, dengan cara;
a)
Kunjungan
pribadi kepada tokoh atau kaum elit desa.
b)
Kunjungan pribadi
kepada tokoh masyarakat lainnya yang berpengaruh
c)
Kunjungan
lain yang dianggap perlu yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat pada
saat itu
d)
Membaur
dengan masyarakat setempat sesuai adat dan budaya masyarakat setempat.
2)
Mengadakan
pendekatan dengan berbagai lembaga social yang ada dalam masyarakat yang
bersangkutan, baik LKMD maupun LSM yang bekerja dalam masyarakat yang
bersangkutan.
3)
Manjajagi
serta mengkonfirmasi kepastian waktu pelaksanaan musyawarah; tentang materi
yang dimusyawarahkan; siapa-siapa yang hadir; kapan dan bagaimana mekanisme
musyawarah berjalan.
Tahap kedua yaitu tahap proses pelaksanaan
musyawarah
Dalam
tahap kedua seorang petugas harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
1)
Pertemuan
musyawarah; musyawarah ini sebaiknya dibuka oleh tokoh masyarakat setempat.
2)
Penjelasan
maksud dan tujuan musyawarah. Disini seorang petugas bertindak sebagai nara
sumber atau pemandu sehingga kemampuan seorang petugas dalam melakukan
komunikasi interpersonal sangat dibutuhkan.
3)
Mengemukakan
pendapat untuk mencapai mufakat:
a.
Pemandu
menjelaskan topic-topik musyawarah, kemudian:
-
Peserta
mengemukakan masalah yang dirasakan oleh diri sendiri dan atau dirasakan
masyarakat.
-
Peserta
dapat menemukan mana masalah yang penting dan mana masalah yang kurang penting
b.
Penjelasan
tahap musyawarah harus dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut:
b.1. musyawarah tahap
pertama dilakukan dalam kelompok kecil yaitu berjumlah 1-5 orang:
a. petugas lapangan menjelaskan bahwa dalam kelompok kecil kita
harus mendengar oendapat dari setiap peserta tentang masalah atau kesulitan
yang sedang dialami.
b. hasil musyawarah ini harus dibahas kembali untuk mendapat
masalah yang memenuhi skala prioritas dan dipilih atas kesepakatan bersama.
b.2. musyawarah tahap
kedua: musyawarah ini merupakan gabungan kelompok-kelompok kecil dalam
musyawarah pertama.
5.6 STRATEGI PRAKTIS MENGGALI KEBUTUHAN
MASALAH DAN ENTRY POINT
Pengalaman
para praktisi pengembangan masyarakat, terutama oleh para LSM/LPSM dalam
menggali kebutuhan nyata masyarakat desa dan masalah yang sedang mereka hadapi
pada saat itu serta upaya menanggulanginya melalui kegiatan awal atau program
awal adalah sebagai berikut:
- Pendekat dengan tokoh masyarakat, baik pendekatan secara formal maupun pendekatan non formal terhadap tokoh-tokoh tersebut adalah aparat desa, pengurus LKMD, pemuka adat, pemuka agama, guru, para petugas serta tokoh lain yang dianggap memiliki pengaruh terhadap proses pelaksanaan pembangunan di wilayah tersebut.
- Mengadakan silaturahmi yaitu dengan jalan berbaur dengan masyarakat lainnya.
- Melakukan kegiatan survey social-ekonomi yang melibatkan tokoh masyarakat setempat.
- Melakukan analisis terhadap data yang telah terkumpul melalui survey dengan melakukan evaluasi recheck.
- Melakukan evaluasi kembali terhadap hasil analisis di atas.
- Membuat rencana kerja bersama masyarakat berdasarkan pertimbangan skala prioritas. Beberapa factor yang harus diperhatikan dalam menyusun skala prioritas adalah:
a.
Sifat
kegiatan. Apakah kegiatan tersebut bersifat rintisan atau sebagai ikutan untuk
mendukung program yang telah ada sebelumnya. Biasanya untuk kegiatan rintisan
yang mampu mengoptimalisasikan potensi alam maupun masyarakat setempat untuk
meningkatakan pendapatan masyarakat mendapat prioritas pertama.
b.
Relevansi
kegiatan. Apakah kegiatan tersebut memiliki relevansi dengan program
pembangunan pemerintah dan relevansi kuat dengan kedua aspek di atas harus
mendapat prioritas dibandingkan dengan kegiatan lainnya.
c.
Potensi local
yang tersedia. Setiap program yang dikembangkan ke dalam masyarakat desa harus
mampu mengembangkan potensi yang tersedia dalam masyarakat bersangkutan. Oleh
karena itu, setiap program atau teknologi yang dikembangkan haruslah bersifat
tepat guna.
d.
Biaya. Biasanya
sesuatu kegiatan membutuhkan biaya tertantu. Program yang bersifat padat karya
dan tidak bersifat padat modal akan menjadi prioritas untuk dikembangkan.
e.
Waktu. Jika
suatu program membutuhkan waktu relative singkat tetapi dapat memberikan hasil
dalam memecahkan masalah serta memenuhi kebutuhan masyarakat setempat akan
dijadikan prioritas utama.
f.
Urgenitas.
Jika masalah yang dihadapi masyarakat berdsifat mendesak atau urgen, artinya
jika masalah tersebut tidak ditangani akan memberikan kerugian ekonomi social,
bagi masyarakat yang bersangkutan serta kerugian politik bagi pemerintah atau
lembaga non pemerintah.
- Pelaksanaan program bersama masyarakat serta melibatkan kelompok-kelompok masyarakat yang telah ada.
- Melakukan evaluasi hasil dari pelaksanaan program bersama masyarakat.
RINGKASAN
Dalam sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya digunakan
dua macam pendekatan, yaitu :
1)
pendekatan CETAK BIRU (blue print approach) dan
2)
pendekatan interactive
or social learning process.
Pendekatan
terakhir ini MICHAEL CERNEA (1984) disebut dengan community based development approach.
Memasuki PJPT-2 ini sebenarnya kita
memiliki banyak peluang untuk mewujudkan serta meningkatkan peran serta aktif
masyarakat Indonesia dalam pembangunan. Misalnya:
3)
Arah GBHN
tahun 1993 serta konsep pembanguna era PJPT-2 ini dipprioritaskan pada
peningkatan peranan daerah untuk mencapat otonomi daerah yang mantap.
4)
Peningkatan
kualitas manusia merupakan aspek prioritas dalam pembangunan saat ini dan di
masa yang akan datang.
Analisis proses partisipasi atau peran serta
aktif masyarakat ini menjadi sangat penting karena demikianlah usaha komunikasi
program pembangunan ke dalam masyarakat akan memperoleh hasil yang maksimal. Selain
itu, analisis ini sangat urgen, apalagi dalam era demokrasi, karena berbagai
aspek terkait dengan partisipasi ini dapat terekam serta dapat mengembangkan program
yang mengutamakan pada tujuan terciptanya peran serta aktif (partisipasi)
positif masyarakat dalam pembangunan.
Analisis
yang dimaksud meliputi empat tahap yang meliputi:
5)
Tahap
penumbuhan ide untuk membangun dan perencanaan,
6)
Tahap
pengambilan keputusan,
7)
Tahap
pelaksanaan dan evaluasi,
8)
Tahap
pembagian keuntungan ekonomis atau benefit ceries;
5)
Tahap
pertama: tahap penumbuhan ide atau gagasan dan perencanaan progam.
6)
Tahap
kedua: tahap pengambilan keputusan. Landasan filosofi dalam tahap ini adalah
bahwa setiap orang akan merasa dihargai jika mereka dihargai jika mereka diajak
untuk berkompromi, memberikan pemikiran-pemikiran dalam membuat keputusan untuk
membangun diri, keluarga, daerah, bangsa dan negaranya.
7)
Tahap
ketiga: tahap pelaksanaan dan evaluasi. Untuk mewujudkan kondisi masyarakatagar
berpartisipasi di dalam melaksanakan setiap paket program pembangunan yang
telah dikomunikasikan ke dalam masyarakat yang bersangkutan, masyarakat harus
dilibatkan kedalam pelaksanaan program pembangunan.
Tahap keempat: tahap
pembagian keuntungan ekonomis. Tahap ini ditekankan pada pemanfaatan program
pembangunan yang diberikan secara merata kepada seluruh anggota masyarakat
dalam desa atau wilayah yang bersangkutan.
Beberapa keuntungan
dengan menggunakan pendekatan arus balik ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
8)
Program
yang diberikan yang didasarkan pada analisis situasi ril akan lebih mudah
mengoptimalisasikan potensi sumberdaya alam manusia yang kita miliki.
9)
Pemerintah
ataupun organisasi non pemerintah melalui agen pembangunan di masyarakat desa
dapat merencanakan pembangunan bersama masyarakat, menguntungkan sesuatu,
melaksanakan sesuatu yang berdasarkan tuntutan masalah dan kebutuhan masyarakat
yang sangat mendesak pada saat itu.
10) Agen pembangunan bersama masyarakat dapat
mempelajari secara bersama-sama cara untuk menggali kebutuhan, masalah di dalam
masyarakat pada saat itu, serta mampu mrnentukan program awal.
11) Pemberian atau komunikasi setiap program ke
dalam alam pemikiran serta situasi masyarakat sekitar dapat didahului oleh
persiapan social bagi masyarakat penerima program.
12) Impian bottom up planning yang selama ini kita
dambakan secara perlahan akan menjadi suatu kenyataan, karena pendekatan ini
akan menitik-beratkan pada pendekatan kemayarakatan.
13) Dengan pendekatan arus balik ini masyarakat
akan merasa setiap program yang diberikan oleh komunkator atau pendamping
peogram IDT, akan benar-benar bermanfaat bagi kepentingan hidup masyarakat itu
sendiri karena secara langsung menyentuh kepentingan mereka yang hakiki.
14) Terjalinnya mekanisme kerja sama saling percaya
dan saling mendukung antara para petugas di lapangan bersama aparat pemerintah
desa, tokoh masyarakat lainnya serta masyarakat secara menyeluruh.
Paling sedikit enam
prakondisi yang harus dipenuhi dalam menggunakan pembangunan arus balik ini,
yaitu:
7)
Meningkatkan
mutu pengawasan, baik secara horinzonal maupun vertical, secara langsung maupun
tidak langsung.
8)
Mewujudkan
pola kerja KISS (koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi =
kesederhanaan) yang mantab, sehingga tidak terjadi keangkuhan sektoral
sebagaimana yang pernah disinyalir oleh bapak Try Sutrisno.
9)
Kendalan
kemampuan petugas lapangan, para komunikator harus ditingkatkan.
10) Perlu perbaikan aspek eksternal bagi para
komunikator, untuk memotivasi para petgas tersebut agar mereka bekerja dengan
penuh rasa tanggung jawab serta mampu meningkatkan produktivitas mereka dalam
berkarya.
11) Parisipasi yang dituntut bukan saja dari
masyarakat umum penerimaan program pembangunan, akan tetapi partisipasi ini
juga harus tumbuh dalam kalangan atas serta petugas lapangan itu sendiri.
12) Kita dituntut untuk saling menolong, saling
melengkapi dalam melaksanakan tugas di lapangan sehingga mampu menciptakan pola
kerja yang berdaya dan berhasil guna dalam menumbuhkan partisipasi atau peran
serta masyarakat dalam pembangunan pedesaan.
Gagasan untuk mengembangkan kegiatan lokakarya
di desa ini, memiliki keuntungan sedikitnya 9 hal, yaitu:
1)
Menghemat
biaya. Biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan lokakarya di desa, terutama
untuk membeli barang-barang kebutuhan konsumsi dan lainnya akan lebih murah
jika dibandingkan dengan biaya pelaksanaan lokakarya di kota.
2)
Akan
sangat menunjang program peningkatan sumberdaya manusia di pedesaan.
3)
Melatih
para peserta atau petugas lainnya untuk lebih mengenal, mencintai desa
sekaligus dapat membina etos kerja.
4)
Dapat
mewujudkan rasa percaya diri masyarakat desa serta secara perlahan membuka
isolasi berpikir masyarakat desa terhadap hal-hal yang datang dari luar
lingkungan mereka.
5)
Akan lebih
banyak melibatkan peserta dari desa tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan.
6)
Materi
yang dibahas serta studi lapangan langsung mengenai masalah serta kebutuhan
masyarakat desa pada saat itu.
7)
Pengamalan
petani di lapangan serta berbagai kendala yang dihadapi petani dapat secara
langsung dibahas atau ditelaah secara ilmiah oleh para instruktur.
8)
Karena
lokakarya ini dilakukan di desa, maka makanan khas daerah atau di desa tersebut
dapat dihidangkan sebagai makanan tambahan bagi para peserta. Hal ini berarti
mendukung program pengembangan diverifikasikan bahan pangan non-beras.
9)
Sesuai
dengan motto dunia penyuluhan pertanian, yaitu go to the people, live, learn and love them. Start and built with what
they know and they have.
Selanjutnya hasil
penelitian disertai Dudung membuktikan bahwa partisipasi petani di dalam
kelompok dipengaruhi oleh factor-faktor sebagai berikut:
11) Manfaat rencana kerja kelompok;
12) Pengakuan kelompok terhadap karya anggota;
13) Kebenaran norma yang dijadikan alat ukur;
14) Kemampuan kelompok inti dalam kelompok khusus
untuk meyelesaikan masalah;
15) Manfaat informasi yang diterima
16) Kepentingan kelompok inti;
17) Kejujuran kelompok inti;
18) Pengakuan dan dukungan sesame anggota;
19) Keuntungan ekonomis yang didapat;
20) Kelancaran pelayanan sarana.
Dalam mengembangkan
partisipasi anggota secara berkelompok perlu menggunakan pendekatan PAM yang dikembangkan oleh Prof. S. Chamala,
untuk pengembangan Group Skill Management for Land Care.
Model ini
dikembangakan atas pertimbangan:
5)
Bahwa
tujuan pembangunan adalah meningkatkan kemampuan anggota masyarakat local
khususnya dalam masyarakat umum;
6)
Dalam alam
demokrasi sekarang ini, masyarakat memiliki hak dan tanggung jawab di dalam
pembangunan untuk menentukan masa depannya sendiri, akan tetapi mereka tidak
mengetahui mekanisme serta kemampuannya untuk berpartisipasi di dalam
pembangunan dalam alam demokrasi ini;
7)
Melalui
PAM ini masyarakat dapat menciptakan struktur untuk membangun kelompok meupun
perorangan yang memungkinkan mereka dapat berperan aktif dalam berbagai
tingkatan terutama dalam konservasi lahan dan air;
8)
PAM ini
dibutuhkan karena;
d)
Pembangunan
pedesaan sekarang ini semakin kompleks;
e)
Pemerintah
memiliki keterbatasan dalam hal sumberdaya;
f)
The expert
system membutuhkan pengetahuan masyarakat yang sebenarnya tersedia pada
masyarakat biasa atau grass roots.
PERTANYAAN
1)
Mengapa model
CETAK BIRU oleh Pemerintah Orde
Baru?
Jawab: Situasi pada saat berlangsungnya
revolusi fisik, seperti revolusi untuk memperbutkan kemerdekaan dari tangan
penjajah, kemudian revolusi fisik lainnya untuk memperebutkan atau mengubah
ideology Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dikenal dengan Gerakan 30
September 1965 atau G 30 S PKI (Partai Komunis Indonesia), dengan beberapa
rongrongan lainnya, merupakan peristiwa-peristiwa sejarah yang mempunyai andil
cukup besar dalam menciptakan situasi rawan pangan di Indonesia pada tahun
60-an. Dalam pada itu, teori kesohor pertumbuhan produksi makanan dan
pertumbuhan penduduk dari Robert Maltus berjalan normal tanpa pengaruh oleh
situasi dan keadaan yang dihadapi masyarakat dan pemerintah Indonesia pada saat
itu.
2)
Mengapa
peran aktif saat ini menjadi semakin penting tatkala kita memasuki era
pembangunan Jangka Panjang Tahap ke-2?
Jawab: Beberapa alasan
yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
1)
Kita
sedang berada dalam masa transisi dlam pembangunan,antara era pertanian dan era
industrialisasi baik di bidang pertanian maupun di bidang non pertanian.
2)
Terciptanya
keterbukaan dan demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Negara
kita saat ini.
3)
Pengaruh
globalisasi yang sangat kuat dalam peri kehidupan rakyat dan bangasa Indonesia.
4)
Sebanyak
27 juta rakyat Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan.
5)
Berkembangnya
etos kerja yang negatif.
Serta berbagai masalah social
yang masih mewarnai kehidupan.
How to play Roulette online for real money | DRMCD
BalasHapusRoulette 파주 출장샵 is a very 안성 출장안마 popular 경상북도 출장샵 game, especially when it's 원주 출장마사지 played against other players. Learn 당진 출장샵 how to play roulette with these tools, and start winning