Jumat, 13 Januari 2012

Komunikasi langsung


 Tugas individu                                                                                   Dosen pembimbing:
Sosiologi komunikasi massa                                                       BIELI NASUTION, M.si

Komunikasi langsung


Disusun Oleh:
MURNI SETIO F.0801113443


JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI MANAGEMENT KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010
Teori Masyarakat Massa


 Teori ini menekankan ketergantungan timbal balik antar institusi yang memegang kekuasaan dan integrasi media terhadap timbal balikantar institusi yang memegang kekuasaan dan integasi media terhadap kekuasaan sosial dan otoritas. Dengan demikian isi media cenderung melayani kepentingan pemegang kekuasaan politik dan ekonomi. Namun demikian, meskipun media tidak bisa diharapkan menyuguhkan pandangan kritis atau tinjauan lain, menyangkut masalah kehidupan, media tetap memiliki kecenderungan untuk membantu publik bebas dalam menerima keberadaannya sebagaimana adanya.
.









Contoh teori masyarakat massa dalam kehidupan    
 Di era informasi saat ini, tak bisa dihindari bahwa kita sudah begitu dekat dengan media. Berbagai bentuk informasi tersajikan dalam berbagai media, mulai dari jagat hiburan hingga berita. Begitu juga dengan jelang pilpres saat ini, media digunakan untuk menyebarkan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat mengenai “kehebatan” para kandidat capres. Media dijadikan salah satu alat kampanye yang dianggap cukup relevan, efektif dan efisien untuk mempersuasi masyarakat pemilih. Bahkan media juga digunakan untuk saling “serang” diantara para kandidat guna menaikkan pamor.
Seperti saat pemilu presiden 2009 kemarin,yang memenangkan pasangan SBY-BUDIONO yang akan lanjut memegang tongkat kekuasaan di indonesia 8 tahun kedepan, kanpanye-kampanye politik yang sangat gencar dilakukan oleh masing-masing kandidat dibuat sedemikian rupa agar masyarakat dapat dipersuasi dengan iklan-iklan dan pemberitaan yang ada walau mereka alih-alih memberikan janji-janjinya jika berhasil naik kekursi presiden.
Pada kampanye SBY-BUDIONO kemarin buktinya iklan SBY-BUDIONO ditelevisi megnyebut-nyebut kata-kata LANJUTKAN !!!
Bahwa SBY ingin pemerintahannya dilanjutkan walau kini ia akan ditemani BUDIONO sebagai wapresnya. Penggunaan iklan politik untuk menjangkau masyarakat pemilih, bukan merupakan hal yang gampang dilakukan bagi tim sukses. Mereka harus memahami “selera pasar” yang dalam hal ini adalah masyarakat tadi. Bisa kita lihat di media televisi sekarang, ada iklan politik yang ditayangkan mendukung salah satu capres, menggunakan salah satu jingle produk mie instan terkenal yang sudah sangat populer di masyarakat. Bahkan tak sedikit masyarakat yang mengira produk tersebut memihak capres tersebut. Ini merupakan salah satu cara tim sukses “mengelabui” pasar dengan meminjam jingle produk tersebut. Pada iklan politik yang berkaitan dengan ajang Pilpres 2009 ini, para kandidat bersama tim suksesnya mencoba menggunakan pesan-pesan yang tersirat dan tersurat dalam iklan untuk meraih masyarakat pemilih sebesar-besarnya, melalui strategi politik pencitraan tadi. Sebagaimana fungsi iklan, memiliki kecenderungan manipulatif, pesan iklan mengemas produk yang ditawarkan terlihat “lebih”
         
 Teori masyarakat massa memberi kedudukan terhormat kepada media sebagai penggerak dan pengaman teori masyarakat massa. Teori ini juga sangat mengunggulkan gagasan yang menyatakan bahwa media menyuguhkan pandangan tentang dunia, semacam pengganti atau lingkungan semu (pseudo-environment) yang disatu pihak merupakan sarana ampuh untuk memanipulasi orang, tetapi di lain pihak merupakan alat bantu bagi kelanjutan ketenangan psikisnya dalam kondisi yang sulit.

 Media merupakan alat produksi yang disesuaikan dengan tipe umumn industri kapitalis beserta faktor produksi dan hubungan produksinya. Media cenderung dimonopoli oleh kelas kapitalis, yang penangannya dilaksanakan baik secara nasional maupun internasional untuk memenuhi kepentingan kelas sosial tersebut. Para kapitalis melakukan hal tersebut dengan mengeksploitasi pekerja budaya dan konsumen secara material demi memperoleh keuntungan yang berlebihan. Para kapitalis tersebut bekerja secara ideologis dengan menyebarkan ide dan cara pandang kelas penguasa, yang menolak ide lain yang dianggap berkemungkinan untuk menciptakan perubahan atau mengarah ke terciptanya kesadaran kelas pekerja akan kepentingaannya




Kesimpulan
     Dengan contoh yang dibahas diatas sudah cukup jelas bila campur tangan media akan penaikan pamor dan pembentukan citra diri pada saat-saat perang politik yang dilakukan oleh para pemegang kekuasaan dalam dunia politik. Dimanaperan media tidak bisa dianggap remeh dalam hal ini karna media sangat-sangat bisa membentuk dan mengumpulkan massa yang cukup banyak. Dengan peran tersebut, media massa menjadi sebuah agen dalam membentuk citra di masyarakat. Pemberitaan di media massa sangat terkait dengan pembentukan citra, karena pada dasarnya komunikasi itu proses interaksi sosial, yang digunakan untuk menyusun makna yang membentuk citra tersendiri mengenai dunia dan bertukar citra melalui simbol-simbol (Nimmo, 1999). Dalam konteks tersebut, media memainkan peranan penting untuk konstruksi realitas sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar