Selasa, 28 Mei 2013



Tugas                                                              Dosen Pembimbing    
Study Media                                                                                                                                                                        Yasir S.ag M.si

PERKEMBANGAN BUKU SEBAGAI MEDIA

Disusun Oleh:

MURNI SETIO F (0801113443)
JURUSAN  ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI MANAGEMENT KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010
Bab 1
Pendahuluan
 Buku adalah salah satu media penyampai informasi dalam masyarakat. Banyaknya toko buku yang tersedia akan memunculkan persaingan yang ketat antar toko buku. Buku ialah alat komunikasi berjangka waktu panjang dan mungkin sarana komunikasi yang paling berpengaruh pada perkembangan kebudayaan dan peradaban umat manusia. Di dalam buku dipusatkan dan dikumpulkan hasil pemikiran dan pengalaman manusia daripada sarana komunikasi lainnya. Sebagai alat pendidikan, buku berpengaruh pada anak didik daripada sarana-sarana lainnya (Ensiklopedi Indonesia, hlm. 538-539).
 Karena fungsi dan peranannya yang sangat sentral di dalam mengomunikasikan, mendokumentasikan, serta menyebarluaskan hasil pemikiran (dan budaya) manusia, buku disebut sebagai inti dan pilar media cetak. Tidak ada media cetak lain, selain buku, yang begitu lama dan tinggi kandungan nilai hasil olah pikir dan olah budaya manusia di dalamnya. Itulah sebabnya, di dalam membuat karya tulis (makalah, skripsi, tesis, disertasi atau menulis buku), referensi dari buku menjadi sangat tinggi nilai ilmiahnya dibandingkan sumber dari media cetak lainnya.

Bab 2
Pembahasan
1.1 Buku Pasca Kemerdekaan

     Periode setelah kemerdekaan ditandai dengan penerbitan buku-buku dsalam bahasa Indonesia. Terdapat tren melakukan cetak ulang buku-buku, di samping menerbitkan buku baru. Hingga tahun 1950, penerbitan seperti BP masih dominan dan berhasil menerbitkan dan mencetak ulang 128 judul buku dengan tiras 603.000 ekslempar. Pada saat ini pula muncul karya-karya sastra dari para penulis seperti Idrus dengan “Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma”; Tambera karya Utuy Tatang Sontani; Pramudya Ananta Toer dengan “Dia Jang Menjerah” dan “Bukan Poasar Malam”; Mochtar Lubis dengan “Si Djamal”. Selain karya anak negeri, BP juga menghadirkan karya para penulis dunia seperti Fyodor Dostojevsky, John Steinbeck, Anton Chekov, dan lainnya. Di masa sekarang, penerbit BP rata-rata memprroduksi buku sebanyak 320 judul pertahun, dengan porsi terbesar masih buku-buku yang cetak ulang dari tahun-tahun sebelumnya.

      Pasca pengakuan kedaulatan Indonesia pada tahun 1949, kebutuhan buku-buku sekolah dapat dibeli di pasar, meskipun banyak dari buku-buku tersebut masih dalam bahasa Belanda. Sejumlah kecil penerbit nasional mulai muncul dengan menerbitkan buku-buku pelajaran sekolah, di antaranya adalah Pustaka Antara, Pustaka Rakyat (sekarang Dian Rakyat), Endang, dan beberapa lagi yang semuanya berpusat di Jakarta. Di Bandung, ada penerbit Ganaco yang mengambil alih percetakan Nix. Situasi yang masih sulit dimanfaatkan segolongan anggota masyarakat yang jeli melihat kesempatan, dengan menstensil buku yang banyak dibutuhkan tetapi kosong di pasaran. Menyalin buku dengan cara menstensil ini kemudian berkembang dengan mengkopi buku aslinya berkat teknologi grafika yang semakin canggih dengan lahirnya mesin cetak offset.
Tahun 1950 lahirlah Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) di Jakarta. IKAPI adalah sebuah asosiasi penerbit buku nasional yang bertujuan membantu pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui buku. IKAPI kini memiliki sekitar 650 anggota di penjuru Nusantara. Di era awal 50-an ini pula sempat populer apa yang disebut buku roman atau majalah picisan berharga murah, yang kebanyakan dikeluarkan oleh berbagai penerbitan di Medan, misalnya Tjerdas, Lukisan Pudjangga, dan lain-lain. Sebagian lagi bertemakan misteri, yang banyak digemari pembaca.
Dunia penerbitan buku agak memulih sejak 1973 dengan adanya proyek Buku Inpres, yakni pengadaan buku bacaan untuk anak sekolah. Untuk buku SD, misalnya, dibeli pemerintah dari 250 penerbit sekaligus dengan jumlah sekitar 500 judul, masing-masing 22.000 eksemplar. Jumlah itu ditingkatkan tahun berikutnya di masa Menteri P dan K, Daoed Joesoef, dengan pesanan masing-masing judul 160.000 eksemplar, merata di seluruh Indonesia. Ketika harga minyak turun drastis, pembelian buku ikut menurun terus, hingga akhirnya pada tahun 1995-1996 tinggal 17.000 eksemplar setiap judul. Untuk SLTP-SLTA, jumlah yang dipesan lewat Proyek Inpres jauh lebih sedikit, sekitar 5000-15.000 eksemplar.

1.2  Ekonomi Buku dan distribusinya di indonesia

Penjualan buku di Indonesia biasanya dilakukan dengan beberapa cara (Surianto dalam Taryadi, 1999): a) melalui display toko buku; b) melalui grosir atau distributor (misalnya: buku-buku komik terjemahan asing); c) penjualan langsung (direct selling); d) online.
Penjualan lewat display dan distributor merupakan cara yang paling lazim dilakukan di Indonesia. Khusus tentang distributor, kebanyakan buku-buku komik asing (anak-anak, remaja, ataupun dewasa) menggunakan jalur ini sebelum sampai ke eceran (toko buku). Misalnya saja, Elex Media Komputindo menjadi agen/distributor bagi Kodansha Jepang untuk komik-komik asal negeri Matahari Terbit tersebut. Belakangan, penjualan dengan cara langsung juga digemari, seperti yang dilakukan pada buku terjemahan Harry Potter oleh Gramedia, buku “Supernova” oleh manajemen Dewi RSD, dan lain-lain.
Diagram Distribusi Buku di Indonesia (modifikasi dari Teddy Surianto: “Potret Distribusi Buku di Indonesia” dalam Taryadi/1999)Selama lima belas tahun terakhir, sirkulasi rata-rata per judul buku di Indonesia ditengarai terus menurun (Taryadi, 1999). Tahun 2003, IKAPI hanya memproduksi 4000 judul buku baru, jauh dibandingkan Malaysia 10.0000, Jepang 44.000, Inggris 61.000 judul, dan Amerika 65.000 judul.

1.3  Buku sebagai media informasi

  Ada hal yang menarik ketika kita bicara informasi, aktualisasi yang kita tangkap dapat berbentuk lisan dan tulisan. Dan ketika dicermati secara seksama bahwa, pada masyarakat Indonesia masih menyukai budaya lisan, maka informasi penting yang seharusnya dapat dibakukan dalam bentuk catatan, aturan dan sejenisnya, masih jauh dari harapan. Padahal jika kita dapat me-manager informasi dengan baik, salah satunya dapat berfungsi sebagai acuan pengontrol tingkat perkembangan suatu dimensi ilmu dan teknologi, yang telah dicapai untuk kehidupan sehari-hari, disamping memudahkan untuk melakukan tindakan yang berkelanjutan sesuai bidang yang diembannya. Maka dukungan semua pihak yang didalamnya ada unsur-unsur kelompok instansi, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan tak ketinggalan kelompok penerbit dapat memberikan presure kepada individu-individu yang berkompeten dibidangnya, agar mampu menterjemahkan budaya lisan ke dalam budaya tulis , misalnya untuk instansi atau LSM, dapat memulai menghimpun permasalahan/ kejadian pada tugas masing-masing dengan menempatkan dalam suatu database, sehingga dengan demikian memudahkan dalam penyelesaikan kasus-kasus atau pertanyaan yang kondisinya sama, selain dapat mengetahui kronologi suatu kejadian/ kasus yang selalu berulang, kemudian membukukan kegiatan rutinitas tersebut, dimana pada akhirnya dapat dimanfaatkan secara bersama.
Adapun untuk media penerbitan, seperti halnya penerbit buku-buku yang telah banyak menerbitkan dan mencetak buku-buku hasil karya penulis yang di jadikan sebagai media informasi dan berbagi ilmu

1.4  Pesan yang disampaikan media buku komik
Model pembelajaran dengan komik merupakan sejenis alat berpikir untuk memecahkan masalah kreatif dalam  desain komunikasi  visual. Dalam pengembangan kreativitas desainer tidak cuma dituntut terampil mengekspresikan diri, namun juga dituntut agar mampu mengkomunikasikan  gagasan secara lebih jelas, memudahkan, dan menyenangkan
Dalam sebuah pembelajaran  desain komunikasi visual, seseorang belajar keilmuan desain dengan cara merespon dan memproses bahan ajar. Hasil yang diharapkan adalah adanya perubahan kemampuan yang lebih meningkat. Melalui pembelajaran yang cocok dengan karakteristik dan kebutuhan mereka, mahasiswa desain komunikasi visual akan lebih termotivasi untuk belajar. Seperti halnya media komik  pembelajaran, media ini ternyata bisa menjadi sebuah alat bantu dalam pendidikan desain karena diduga akan lebih mampu menyampaikan informasi secara efektif dan efisien karena cocok dengan karakteristik dan kebutuhan mahasiswa desain komunikasi visual.
Komik merupakan alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Sebagai sebuah media, pesan yang disampaikan lewat komik biasanya jelas, runtut, dan menyenangkan. Untuk itu, media komik berpotensi untuk menjadi sumber belajar. Dalam hal ini, komik pembelajaran berperanan sebagai alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Jika ditinjau dari aspek fungsi perekayasaan komik pembelajaran, akan tampak bahwa ternyata sesuatu yang serius dan rumit bisa dibuat secara lebih gamblang dan menyenangkan. Penggunaan komik seperti ini akan memudahkan serta memudahkan  pebelajar dari kesulitan dalam memahami mata kuliah yang diberikan oleh dosen. Kondisi ini mestinya mendorong dosen untuk melakukan inovasi dalam perancangan media pembelajaran; pemecahan masalahnya antara lain dengan merekacipta media pembelajaran menyenangkan bagi mahasiswanya.
Komik sebagai media berperan sebagai alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Komik sebagai media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam konteks ini pembelajaran menunjuk pada sebuah proses komunikasi antara pebelajar (mahasiswa) dan sumber belajar (dalam hal ini komik pembelajaran). Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik. Pesan pembelajaran yang baik memenuhi beberapa syarat. Pertama, pesan pembelajaran harus meningkatkan motivasi pebelajar. Pemilihan isi dan gaya penyampaian pesan mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada pebelajar. Kedua, isi dan gaya penyampaian pesan juga harus merangsang pebelajar memproses apa yang dipelajari serta memberikan rangsangan belajar baru. Ketiga, pesan pembelajaran yang baik akan mengaktifkan pebelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong pebelajar untuk melakukan praktik-praktik dengan benar.

1.5  Sifat buku
macam-macam bentuk buku yang beredar sebagai pusat komunikasi dan informasi
·         komik
·         novel
·         kumpulan cerpen
·         buku tips
·         buku kamus daerahan dan lain sebagainya
·         buku anak-anak
·         buku dewasa
·         buku khusus gender

1.6   Buku yang mengandung makna penulisan dapat sebagai media sharing informasi.

Kita dapat menjadikan buku yang mengandung makna penulisan, yang berisi informasi penting dan bermanfaat sebagai salah satu media dalam hal sharing informasi yaitu melalui pembelajaran mandiri, maksudnya adalah melakukan kegiatan membaca dan menulis merupakan bagian respon atas isi dari suatu tulisan pada buku yang memuat hasil suatu penulisan, utamanya yang berkait langsung dan memiliki makna tambah untuk kehidupan sehari-hari yang berkonotasi positip. Selain itu, pada proses baca/tulis seseorang dapat menjadikan buku sebagai media kompetisi terhadap kompetitor yang berkecimpung dibidangnya.
Pemikiran ini mungkin akan lebih komunikatif dan diterima, karena masyarakat Indonesia yang memiliki jumlah penduduk ± 200 juta pada tahun 2002 ini, dengan kondisi topografi mayoritas belum terjangkau peralatan teknologi secara penuh, misalnya saja belum adanya pemancar penguat sinyal penerima informasi baik dari radio ataupun televisi, juga belum adanya sambungan telpon, listrik disetiap wilayah pada radius tertentu. Selain itu, hal yang merupakan pokok masalah, masih adanya keterbatasan dalam sumber dana dan sumber daya manusianya sendiri belum juga berimbang.

1.7  Buku yang mengandung makna penulisan dapat mengubah pola hidup

Buku yang mengandung makna penulisan yang bermanfaat dapat meningkatkan/ mengubah pola kehidupan sehari-hari dengan satu tujuan, untuk dapat membangun dan memperbaiki keadaan yang terjadi sekarang ini, yaitu, mulai dari diri sendiri dan keluarga , maka diharapkan secara otomatis budaya pada masyarakat bangsa dan negara, dapat tercermin dalam bentuk kemampuan pada 3 pilar yaitu daya, karsa dan cipta, yang diwujudkan sesuai kemampuan pada bidang masing-masing. Pola mempertahankan visi, ingin selalu menjaga dan membangun adalah merupakan kerangka berpikir yang seharusnya selalu diturunkan secara kontinuitas dari generasi ke generasi, sehingga bangsa ini berwawasan terbuka, maju dan berbudaya, dimana walau dalam ke-Binika Tunggal Ika-annya kita dapat bersatu, meskipun berbeda pandangan/ ide atau pendapat, karena roh yang dipesankan melalui penulisan yang bermakna akan memberikan gambaran dan pengembangan proses berpikir yang obyektif. Disamping fakta telah membuktikan bahwa peran pikir manuasia menduduki posisi sentral setelah dipadukan dengan nurani , guna menelusuri pada semua aspek kehidupan mulai dari aspek philosophy-nya sampai pada peran aplikasi di lapangan. Contoh yang paling mudah digambarkan disini, jika seseorang menduduki tempat sebagai leader pada suatu kegiatan wira usaha

Bab 3
Kesimpulan

Dengan memahami informasi secara benar, dan mengaplikasikan sesuai dengan kemampuan, maka bangsa dan negara ini akan menjadi makmur dan berkeadilan. Dan yang lebih penting masyarakat tidak terombang-ambing dan dapat memilah suatu informasi bernilai membangun atau merusak, sehingga harapannya informasi yang bermakna akan mengurangi tingkat keserakahan manusia yang masih berkeinginan membangun suatu komunitas sesuai dengan bidangnya, menjadi lebih berkualitas dan beradab. Pengemasan buku sebagai media komunikasi tertulis turut membantu daya komunikaasi setiap individu. Baik itu secara buku komik, novel dan lain sebagainya dapat di jadikan bahan komunikasi dan pusat informasi.

Bahan Bacaan
Djuroto, Totok. 2002. Manajemen Penerbitan Pers; PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Media Scene; P3I; Jakarta 2002
Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia, Penerbit KOMPAS.
Junaedhi, Kurniawan. 1995. Rahasia Dapur Majalah di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. 337 halaman.
Santana K, Septiawan. 2003. Jurnalisme Investigasi. Yayasan Obor Indonesia. 357 halaman.
Taryadi, Alfons. 1999. Buku dalam Indonesia Baru. Yayasan Obor Indonesia. 308 halaman.
www.google.com/buku sebagai media komunikasi/blog