Tugas individu Dosen
pembimbing:
Sosiologi komunikasi massa BIELI NASUTION, M.si
Komunikasi langsung
Disusun Oleh:
MURNI SETIO F.0801113443
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI MANAGEMENT KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010
Teori Masyarakat Massa
Teori ini menekankan ketergantungan
timbal balik antar institusi yang memegang kekuasaan dan integrasi media
terhadap timbal balikantar institusi yang memegang kekuasaan dan integasi media
terhadap kekuasaan sosial dan otoritas. Dengan demikian isi media cenderung
melayani kepentingan pemegang kekuasaan politik dan ekonomi. Namun demikian,
meskipun media tidak bisa diharapkan menyuguhkan pandangan kritis atau tinjauan
lain, menyangkut masalah kehidupan, media tetap memiliki kecenderungan untuk
membantu publik bebas dalam menerima keberadaannya sebagaimana adanya.
.
Contoh teori masyarakat massa dalam
kehidupan
Di era informasi
saat ini, tak bisa dihindari bahwa kita sudah begitu dekat dengan media.
Berbagai bentuk informasi tersajikan dalam berbagai media, mulai dari jagat
hiburan hingga berita. Begitu juga dengan jelang pilpres saat ini, media
digunakan untuk menyebarkan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat
mengenai “kehebatan” para kandidat capres. Media dijadikan salah satu alat
kampanye yang dianggap cukup relevan, efektif dan efisien untuk mempersuasi
masyarakat pemilih. Bahkan media juga digunakan untuk saling “serang” diantara
para kandidat guna menaikkan pamor.
Seperti saat pemilu presiden 2009 kemarin,yang memenangkan pasangan
SBY-BUDIONO yang akan lanjut memegang tongkat kekuasaan di indonesia 8 tahun
kedepan, kanpanye-kampanye politik yang sangat gencar dilakukan oleh
masing-masing kandidat dibuat sedemikian rupa agar masyarakat dapat dipersuasi
dengan iklan-iklan dan pemberitaan yang ada walau mereka alih-alih memberikan
janji-janjinya jika berhasil naik kekursi presiden.
Pada kampanye SBY-BUDIONO kemarin buktinya iklan SBY-BUDIONO ditelevisi
megnyebut-nyebut kata-kata LANJUTKAN
!!!
Bahwa SBY ingin
pemerintahannya dilanjutkan walau kini ia akan ditemani BUDIONO sebagai
wapresnya. Penggunaan iklan politik untuk menjangkau masyarakat pemilih, bukan
merupakan hal yang gampang dilakukan bagi tim sukses. Mereka harus memahami
“selera pasar” yang dalam hal ini adalah masyarakat tadi. Bisa kita lihat di
media televisi sekarang, ada iklan politik yang ditayangkan mendukung salah
satu capres, menggunakan salah satu jingle produk mie instan terkenal yang
sudah sangat populer di masyarakat. Bahkan tak sedikit masyarakat yang mengira
produk tersebut memihak capres tersebut. Ini merupakan salah satu cara tim
sukses “mengelabui” pasar dengan meminjam jingle produk tersebut. Pada iklan politik yang berkaitan dengan ajang Pilpres
2009 ini, para kandidat bersama tim suksesnya mencoba menggunakan pesan-pesan
yang tersirat dan tersurat dalam iklan untuk meraih masyarakat pemilih
sebesar-besarnya, melalui strategi politik pencitraan tadi. Sebagaimana fungsi
iklan, memiliki kecenderungan manipulatif, pesan iklan mengemas produk yang
ditawarkan terlihat “lebih”
Teori masyarakat massa memberi
kedudukan terhormat kepada media sebagai penggerak dan pengaman teori
masyarakat massa. Teori ini juga sangat mengunggulkan gagasan yang menyatakan
bahwa media menyuguhkan pandangan tentang dunia, semacam pengganti atau
lingkungan semu (pseudo-environment) yang disatu pihak merupakan sarana ampuh
untuk memanipulasi orang, tetapi di lain pihak merupakan alat bantu bagi
kelanjutan ketenangan psikisnya dalam kondisi yang sulit.
Media merupakan alat produksi yang disesuaikan
dengan tipe umumn industri kapitalis beserta faktor produksi dan hubungan
produksinya. Media cenderung dimonopoli oleh kelas kapitalis, yang penangannya
dilaksanakan baik secara nasional maupun internasional untuk memenuhi
kepentingan kelas sosial tersebut. Para kapitalis melakukan hal tersebut dengan
mengeksploitasi pekerja budaya dan konsumen secara material demi memperoleh
keuntungan yang berlebihan. Para kapitalis tersebut bekerja secara ideologis
dengan menyebarkan ide dan cara pandang kelas penguasa, yang menolak ide lain
yang dianggap berkemungkinan untuk menciptakan perubahan atau mengarah ke
terciptanya kesadaran kelas pekerja akan kepentingaannya
Kesimpulan
Dengan
contoh yang dibahas diatas sudah cukup jelas bila campur tangan media akan
penaikan pamor dan pembentukan citra diri pada saat-saat perang politik yang
dilakukan oleh para pemegang kekuasaan dalam dunia politik. Dimanaperan media
tidak bisa dianggap remeh dalam hal ini karna media sangat-sangat bisa
membentuk dan mengumpulkan massa yang cukup banyak. Dengan peran tersebut,
media massa menjadi sebuah agen dalam membentuk citra di masyarakat.
Pemberitaan di media massa sangat terkait dengan pembentukan citra, karena pada
dasarnya komunikasi itu proses interaksi sosial, yang digunakan untuk menyusun
makna yang membentuk citra tersendiri mengenai dunia dan bertukar citra melalui
simbol-simbol (Nimmo, 1999). Dalam konteks tersebut, media memainkan peranan
penting untuk konstruksi realitas sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar